Guru besar ilmu politik UGM Yogyakarta Amien Rais menilai, sampai saat ini pemerintahan SBY-JK tidak bisa memenuhi janji-janjinya saat kampanye. Bahkan, katanya, skor pemerintahan saat ini jauh di bawah standar. “Kalau di negara lain, situasi seperti ini harus diubah dengan diselenggarakannya percepatan Pemilu,” usul Amien kepada pers di Jakarta, Jumat (21/7).
Namun untuk melangkah ke arah tersebut bukanlah hal yang mudah. Pasalnya, kata Amin, buat kita agak sulit karena harus mengubah seperangkat UU. “Jadi, sampai habis masa pemerintahan ini terpaksa kita harus bersabar sambil meminta pemerintah melakukan perubahan-perubahan nyata,” paparnya.
Oleh karena itu, mantan Ketua MPR agar percepatan pemilu tidak terjadi maka dirinya mendesak agar SBY-JK mau memperbaiki arah kinerja dan membuat program-program riil untuk rakyat.
Dia juga menyarankan agar Istana Negara membuka pintu yang seluas-luasnya bagi kelompok masyarakat yang ingin memberikan masukan –termasuk kritik membangun-sehingga pemerintahan ini berjalan sesuai harapan rakyat. Oleh karena itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus menyingkirkan orang-orang dekatnya yang menghalangi masyarakat bertemu presiden.
“Membuka pintu kritik dan dialog dengan berbagai kelompok masyarakat adalah salah satu yang bisa menyelamatkan pemerintahan yang hampir berjalan dua tahun tapi tanpa perubahan berarti ini,” tegasnya.
Amien sendiri mengungkapkan pengalamannya bersama sejumlah tokoh yang ingin memberikan masukan langsung kepada presiden secara santun, tapi sampai hari ini, usulan itu tak pernah dijawab.”Mungkin presiden tak salah, tapi orang-orang sekitarnyalah yang terlalu melindungi, akibatnya bisa fatal,” katanya.
Sementara pakar komunikasi politik UI Effendi Gazali menyatakan, yang selalu dilakukan presiden Yudhoyono adalah menjaga citra dirinya agar tetap terlihat sebagai pemimpin pintar dan ganteng.
“Presiden lupa bahwa bangunan citranya mulai runtuh. Coba anda lihat dalam tiga bulan ini, adakah presiden tersenyum lebar. Padahal, sejak awal Yudhoyono juga mencitrakan sebagai pemimpin yang murah senyum,” ujar Gazali. (dina)