Sudah hampir dua tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (SBY-JK) berjalan, tapi janji-janji yang dikampanyekan keduanya saat pemilu jauh dari harapan. Kinerja pemerintahan ini bukannya meringankan beban rakyat, tapi justru menguras seluruh energi bangsa.
“Ibarat bongkar mobil mogok, yang dibutuhkan kunci pas tetapi yang tersedia hanya obeng. Alhasil, tak pernah ada solusi berarti atas segala masalah yang menerpa bangsa ini secara bertubi-tubi,” ujar Wakil Ketua Komisi V DPR RI Sumaryoto kepada pers di sela-sela peluncuran buku karyanya yang berjudul “Potret Satu Tahun SBY-JK” di Gedung DPR Jakarta, Selasa (18/7).
Menurutnya, pemerintahan ini masih berkutat memelihara citra diri dibandingkan membuat program-program nyata untuk kesejehteraan rakyat. Padahal, kritik dia, SBY-JK terpilih sebagai presiden dan wapres dengan dukungan yang cukup besar dari rakyat mapun partai politik yang mendukungnya.
“Para anggota kabinet Indonesia Bersatu cenderung hanya melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pencitraan politik semata, dengan meninggalkan konkretisasi program.”
Akibat seringnya melakukan pencitraan politik, terangnya, pemerintah terlambat mengatasi problem nasional yang menyita perhatian publik. Musibah-musibah yang terjadi akhir-akhir ini secara beruntun ditambah dengan kesulitan yang dialami bangsa Indonesia tak pernah ada jalan keluarnya yang dilakukan pemerintah SBY-Kalla.
Dalam buku yang berisikan sejumlah karikatur dan komentar setahun pemerintahan SBY-Kalla, Sumaryoto juga menilai pelaksanaan agenda pemerintahan ini belum menghasilkan kehidupan bangsa yang adil dan sejahtera. Contohnya, agenda pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang seharusnya membuat masyarakat daerah hidupnya lebih baik, ternyata sebaliknya. “Ini demokrasi yang high cost democracy.” (dina)