30 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 9 Desember 1987 lalu, rakyat Palestina meninggalkan rumah-rumah mereka demi meraih kemerdekaan. Tua, muda, anak-anak, laki-laki maupun perempuan, mereka semua bersatu padu, bergerak melawan tentara penjajah Israel. Harta hingga jiwa mereka korbankan, untuk melawan kezaliman yang telah merampas hak hidup mereka, dan juga telah menistai masjid Al-Aqsha yang dimuliakan.
Al-Aqsha merupakan masjid yang menjadi kiblat pertama umat Islam, dan kini masjid itu ingin dirobohkan oleh Zionis Israel. Masjid itu setiap harinya terus mendapatkan serangan, dinistai oleh militer Israel, para pemukim dan rabi-rabi Yahudi, serta jamaah sholatnya ditakut-takuti dengan bunyi rentetan suara mesiu.
Dua hari lalu, tepatnya pada hari Rabu siang waktu Amerika, Presiden Amerika Donald Trump mengumumkan beberapa hal kontroversi terkait dengan Palestina. Pertama, Amerika mengakui Al-Quds (Yerusalem) sebagai ibukota Israel. Kedua, Amerika akan memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Al-Quds. Ketiga, Masjid al-Aqsha berdiri di atas bukit Haikal Sulaiman.
Terus terang, pernyataan sepihak ini membuat Dunia Islam terhentak kaget. Beberapa Negara bahkan telah melakukan aksi pada hari Jum’at ini. Tagline yang diusung adalah Al-Quds, Ibukota Abadi Palestina. Lalu, pantaskah kita hanya berdiam diri melihat peristiwa itu? Pantaskah kita mendiamkan perjuangan Intifadhah itu berjalan sendirian? Jawabannya tentu tidak, kita tidak bisa tinggal diam. Kita sebagai sesama umat Islam harus merasa terpanggil untuk mendukung perjuangan mereka.
Jamaah sidang Jumat yang dirahmati Allah
Dalam sejarahnya, Palestina telah melawati tiga kali masa Intifadhah. Saat ini memasuki Intifadhah yang keempat. Intifadhah pertama disebut dengan nama Al-Intifadhah Al-Mubarokah, yang meletus di bulan Desember 1987. Perlawanan rakyat ini akhirnya berhenti pada bulan September 1993 bersamaan dengan ditandatanganinya kesepakatan Oslo, antara Otoritas Palestina dengan Israel. Sebanyak 1.392 warga Palestina gugur sebagai syuhada dalam aksi Intifadhah pertama itu.