Khutbah Iedul Adha 1428 H: Kewajiban Dakwah Islam

Hari Raya Iedul Adha jatuh pada 19 Desember 2007 (10 Dzulhijah 1428H). Menyambut Hari Raya Kurban ini, seperti biasa, Eramuslim memuat satu teks kutbah Iedul Adha dari Ust. Ihsan Tandjung dengan judul ‘Kewajiban Da’wah Islam" yang insya Allah akan disampaikannya pada sholat Ied di Lapangan Masjid Ays-Syuhada, Kelapa Dua, Cimanggis-Depok. Inilah salinannya:

الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

الله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة و أصيلا

لآإله إلا الله و لا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون

لآإله إلا الله وحده صدق وعده و نصر عبده و أعز جنده و هزم الأحزاب وحده

لآإله إلا الله الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَـذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللّهُ

الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ

بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ

لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

أشهد أن لآإله إلا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

اللهم صلي على محمد و على آله و أصحابه و أنصاره و جنوده

و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

فقال الله تعالى في كتابه الكريم:

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿١٢٥﴾

الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Jamaah sholat Idhul-Adha rahimakumullah

Marilah kita senantiasa mengungkapkan rasa terima-kasih kepada Allah SWT semata. Allah telah melimpahkan kepada kita sedemikian banyak ni’mat. Jauh lebih banyak ni’mat yang telah kita terima dibandingkan kesadaran dan kesanggupan kita untuk bersyukur. Di antaranya, marilah kita ber-terimakasih kepada-Nya atas ni’mat yang paling istimewa yang telah kita terima selama ini, padahal tidak semua manusia memperolehnya. Dan terkadang kitapun bertanya-tanya mengapa kita termasuk yang memperolehnya? Itulah ni’mat iman dan Islam, yang dengannya hidup kita menjadi terang, lurus, terarah dan berma’na.

Sesudah itu, marilah kita ber-terimakasih pula kepada Allahu ta’ala atas limpahan ni’mat sehat-wal’aafiat. Ni’mat yang memudahkan dan melancarkan segenap urusan hidup kita di dunia. Semoga kesehatan kita kian hari kian mendekatkan diri dengan Allahu ta’ala. Dan semoga saudara-saudara kita yang sedang diuji Allah melalui aneka jenis penyakit sanggup bersabar menghadapi penderitaannya…bersama keluarga yang mengurusnya, sehingga kesabaran itu mengubah penyakit mereka menjadi penghapus dosa dan kesalahan. Amien, amien ya rabbal ‘aalamien.

Selanjutnya khotib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa berdoa kepada Allah swt agar Dia melimpahkan setinggi-tingginya penghargaan dan penghormatan, yang biasa kita kenal dengan istilah sholawat dan salam-sejahtera kepada pemimpin kita bersama, teladan kita bersama… imamul muttaqin pemimpin orang-orang bertaqwa, da’iyyan ila Allah penyeru ke jalan Allah serta qaa-idil mujahidin panglima para mujahid yang sebenar-benarnya nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para shohabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan kita berdo’a kepada Allah swt, semoga kita yang hadir di tempat yang baik ini dipandang Allah swt layak dihimpun bersama mereka dalam kafilah panjang penuh berkah. Amien, amien ya rabbal ‘aalaamien.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Jamaah sholat Idhul-Adha rahimakumullah

Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan Da’iyyan ila Allah penyeru ke jalan Allah yang sempurna

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِداً وَمُبَشِّراً وَنَذِيراً ﴿٤٥﴾ وَدَاعِياً إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجاً مُّنِيراً ﴿٤٦﴾

“Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk menjadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan dan untuk menjadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi. ” (QS Al-Ahzab 45-46)

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menempatkan ni’mat iman dan Islam sebagai ni’mat paling berharga dalam diri manusia. Sehingga ambisi, cita-cita, obsesi utama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mengharapkan keimanan dan keselamatan tercurah kepada setiap manusia.

لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ

حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ ﴿١٢٨﴾

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min. ” (QS At-Taubah 128)

Bilamana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan seseorang yang baru beliau kenal, maka tanpa keraguan beliau akan segera mengajaknya penuh kasih-sayang ke jalan Allah SWT. Kalimat ajakannya yang khas adalah sebagai berikut:

« أَسْلِمْ تَسْلَمْ » (البخاري)

“Masuk Islam-lah engkau, niscaya engkau bakal selamat

(dunia dan akhirat). ” (HR Bukhari)

Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah bersikap kikir dalam mengajak manusia agar turut merasakan lezat dan manisnya iman-Islam ini. Sedetikpun beliau tidak pernah menginginkan masuk surga seorang diri tanpa peduli dengan nasib orang lain. Beliau benar-benar membuktikan diri sebagai Rahmatan lil ’aalamiin (Rahmat bagi segenap manusia).

الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Jamaah sholat Idhul-Adha rahimakumullah

Kemuliaaan akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mengajak manusia ke jalan Allah bertolak dari ketaatan beliau akan perintah Allah yang menyuruh setiap muslim-mu’min menegakkan Kewajiban Da’wah Islam.

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿١٢٥﴾

” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu, Rabbmu, Allah SWT dengan hikmah(arif-bijaksana) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Allah Dialah yang lebih tahu tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih tahu orang-orang yang mendapat petunjuk. ” (QS An-Nahl 125)

Kewajiban setiap muslim adalah mengajak manusia ke jalan Allah, kepada diinullah Al-Islam, ke arah shirothol mustaqim, jalan lempang yang akan menyelamatkan manusia di dunia maupun akhirat. Adapun hasil ajakannya sepenuhnya terserah Allah. Allah lebih tahu siapa yang berhak memperoleh hidayah iman-Islam dan siapa yang sepatutnya tetap tersesat dalam kekafiran.

Saudaraku kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah, sejujurnya, marilah kita mengakui bahwa kewajiban da’wah Islam selama ini telah kita abaikan. Kita sibuk ingin diri dan keluarga kita selamat dan meningkat dalam ber-iman dan ber-Islam. Namun kita tidak atau jarang peduli dengan nasib tetangga, teman-sekerja atau bahkan kerabat yang belum mengucapkan dua kalimat syahadat.

Itulah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala paman beliau, Abu Thalib berada dalam sakratul-maut. Beliau tidak ingin menyaksikan pamannya wafat dalam kemusyrikan. Sehingga beliau datangi pamannya yang berbaring dalam keadaan payah. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا عَمِّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ كَلِمَةً أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّه (البخاري) ِ

”Wahai pamanku, ucapkanlah Laa ilaaha illa-Allah (Tiada tuhan selain Allah), sebuah kalimat yang aku akan bersaksi di hadapan Allah untuk melindungimu dari api neraka” (HR Bukhari)

Tetapi Abu Thalib tetap bersikeras memilih agama nenek moyang yakni menyembah berhala dan enggan menerima da’wah keponakannya yakni Al-Islam, ajaran tauhid yang menyuruh manusia agar hanya menyembah tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan penuh cinta bersabda:

أَمَا وَاللَّهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ

”Demi Allah, pamanku, sungguh aku akan mohonkan ampunan Allah atasmu selama Allah tidak melarangku melakukannya. ”

Maka Allah SWT mewahyukan firmanNya:

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُواْ أُوْلِي قُرْبَى مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ ﴿١١٣﴾

” Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahannam. ” (QS At-Taubah 113)

Dari cuplikan riwayat ini kita dapat menyimpulkan bahwa kewajiban seorang muslim hanyalah mengajak, sedangkan urusan mendapat hidayah atau tidak sepenuhnya adalah hak Allah. Jangankan kita manusia biasa, sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja tidak mampu memberi hidayah kepada pamannya yang dia sangat cintai.

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿٥٦﴾

”Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. ” (QS Al-Qoshosh)

الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Saudaraku kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah,

Marilah kita sama-sama berintrospeksi. Sebenarnya problema ummat Islam Indonesia yang terus-menerus dibayangi kekhawatiran akan berbagai gerakan permutadan, baik yang dilakukan oleh kalangan Salibi-Nashrani maupun aliran-aliran sesat berkedok Islam, bersumber dari kelalaian kita sendiri. Kita ummat Islam Indonesia telah mengabaikan kewajiban da’wah Islam. Kita secara sadar maupun tidak sadar menjadi ummat yang pasif, defensif dan akhirnya reaktif.

Apabila datang seorang tetangga baru non-muslim di lingkungan RT atau RW kita, segera kita saling berbisik: ”Jangan-jangan sebentar lagi ia akan segera mengadakan kebaktian atau menyulap rumahnya menjadi gereja terselubung. ” Padahal sebaliknya, seharusnya kita saling ber-ta’awun bekerjasama untuk bergantian menyambangi tetangga baru tadi dan mengajaknya masuk Islam. Kita belum pernah mencoba menjalankan apa yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan yaitu menyampaikan dengan penuh cinta namun tegas kalimat:

« أَسْلِمْ تَسْلَمْ » (البخاري)

“Masuk Islam-lah engkau, niscaya engkau bakal selamat

(dunia dan akhirat). ” (HR Bukhari)

Saudaraku, kita yang mayoritas di negeri ini terlalu lama membiarkan diri bermentalitas minoritas. Sementara mereka malah berhasil membangun mentalitas mayoritas padahal sejatinya merekalah yang minoritas. Apakah tidak ada di dalam hati kita sedikitpun rasa kasihan kepada mereka kalangan orang-orang kafir non-muslim itu? Apakah kita mengira hanya kitalah yang berhak masuk surga sedangkan mereka kita biarkan bakal masuk azab yang pedih di akhirat? Apakah belum tiba saatnya kita mengubah mental dari menjadi ummat yang pasif, defensif dan reaktif menjadi ummat yang kreatif, persuasif dan solutif sehingga menjadi penyebab selamatnya manusia di dunia dan akhirat?

Saudaraku, marilah kita selalu ingat bahwa kelak di dalam kubur masing-masing kita akan ditanya oleh dua malaikat dengan beberapa pertanyaan penting dan mendasar:

مَنْ رَبُّكَ

“Siapakah Rabbmu?”

مَا دِينُكَ

“Apakah agamamu?”

مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ

“Siapakah lelaki yang telah diutus kepada kalian?”

Saudaraku, alhamdulillah kita yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat dan berusaha keras untuk istiqomah dalam iman-Islam ini insyaAllah akan sanggup menjawab dengan jawaban yang benar:

رَبِّيَ اللَّهُ

“Rabbku Allah”

دِينِيَ الْإِسْلَامُ

“Agamaku Islam”

هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Dia adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam”

Sehingga surga akan dibentangkan di hadapan kita masing-masing di alam kubur nanti. Tapi, tidakkah pernah terfikir dalam benak kita bahwa orang-orang non-muslim beserta kaum munafiq (yi orang-orang yang mengaku muslim tapi sejatinya mengingkari ajaran dan syariat Allah) ketika sudah dihadapkan oleh pertanyaan-pertanyaan kedua malaikat tadi akan menjawab:

هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي

“Hah…hah… aku tidak tahu. ”

Sehingga mereka akan segera dihadapkan kepada azab kubur yang merupakan muqaddimah sebelum di akhirat bakal dimasukkan ke dalam siksa lebih pedih lagi, yakni neraka. Wa na’udzubillahi min dzaalika.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Saudaraku kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah,

Demikianlah khutbah idul adha ini. Semoga semangat berkorban yang telah dicontohkan oleh pendahulu kita Nabiyullah Ibrahim as tercurah kepada kita bersama. Sehingga kita masing-masing akan berusaha dan bertekad mengajak manusia ke jalan Islam ini. Tentu, kita harus berkorban untuk melakukannya. Kita harus mengorbankan perasaan ewuh pekewuh, kita harus berkorban menghadapi resiko ditolak manusia. Tapi yang jelas kewajiban ini belum gugur selagi kita tidak pernah mau menyampaikan.

Khotib yakin bilamana ummat Islam Indonesia mau mulai berda’wah dengan tegas namun tetap arif-bijaksana dan penuh kasih-sayang, niscaya hubungan antara kita dengan ummat non-muslim akan menjadi lebih sehat, bahkan kita sungguh berharap banyak di antara mereka yang akan segera berlompatan masuk Islam menjadi saudara seiman kita. Amin ya rabbal-’aalaamiin. Wallahu a’lam bish-showwaab. –

DOA

رَبَّنَا ءَاتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

"Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." (QS 18:10)

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيم ٌ

"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS 59:10)

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). " (QS 3:8)

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. ” (QS 25:74)

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. ” (QS 3:147)

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. ” (QS 2:286)

رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ ءَامِنُوا

بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ

رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu), "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. ” (QS 3:192-194)

Muhammad Ihsan Tandjung. –

Cimanggis, Depok

10 Dzul-Hijjah 1428/ 19 Desember 2007