KH Zaenuddin MZ Mundur dari Ketua Dewan Syuro PBR

Mantan Ketua Umum PBR KH. Zainuddin MZ secara resmi mengundurkan diri sebagai Ketua Umum Dewan Syuro DPP PBR, karena dalam Muktamar PBR di Bali beberapa waktu lalu itu sama sekali tidak dibicarakan mengenai kewenangan Dewan Syuro tersebut.

“Yang jelas saya sudah lelah di panggung politik dan ingin kembali berdakwah. Dengan demikian maka Dewan Syuro PBR mendatang akan vakum,” ujar kiai sejuta umat itu kepada wartawan di kediamannya, Gandaria, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (28/4).

Namun keputusan mundur itu belum dibicarakan dengan Bursah Zarnubi.
Menyinggung Zaenal Ma’arif yang akan mundur sebagai Wakil Ketua DPR RI. Kyai sejuta umat malah berharap Zaenal mempertahankan posisinya sebagai pimpinan DPR karena itu diperoleh melalui perjuangan panjang. “Yang jelas saya akan tetap membesarkan partai dan berjuang dengan orang yang segaris dan mempunyai visi perjuangan yang sama,” tutur Zainuddin MZ singkat.

Menanggapi hal itu, Bursah Zarnubi menilai jika kedudukan Dewan Syuro DPP PBR itu cukup terhormat dan dirinya masih yakin jika KH Zaenuddin itu tidak mundur. Begitu juga dengan Wakil Ketua DPR RI Zaenal Ma’arif diharapkan tidak mundur dari jabatannya meski gagal menjadi Ketua Umum DPP PBR.

Keberadaan Zaenal Ma’arif sebagai simbol partai dan pihaknya yakin Zaenal Ma’arif tidak akan mundur. Tapi, kalau dia tetap memaksa mundur itu haknya dan Bursah siap menggantikannya.

“Sebagai Ketua Umum PBR semua lawan politik yang kalah di Muktamar akan kami rangkul termasuk Zaenal Ma’arif. Tapi kalau yang bersangkutan tetap mundur, kami tidak bisa memaksa karena itu haknya,” ujar Bursah Zarnubi pada wartawan di sela-sela acara syukuran dirinya sebagai Ketua Umum PBR 2006—2011 di Gedung MPR/DPR RI Jakarta, Jumat kemarin yang didampingi calon Sekjen PBR Rusman Ali yang juga Ketua DPW PBR Kalimantan Barat.

Kocok Ulang

Menyinggung kocok ulang pimpinan DPR Bursah Zarnubi siap mengganti posisi Zaenal Ma’arif jika benar-benar mundur. Hanya saja persoalannya yang muncul ke permukaan terkait kocok ulang tersebut pengganti Zaenal Ma’arif tidak harus dari partai PBR, karena terpilihnya Zaenal melalui sistem paket nama. Bukan dengan sistem proporsional dengan jumlah kursi di DPR.

Kalau merujuk pada jumlah kursi di DPR maka yang berpeluang adalah Partai Demokrat (57 kursi), PPP (54 kursi), PAN (53 kursi), dan PKB (52 kursi). Abdillah Thoha (FPAN), Endin AJ. Sofihara (FPPP), dan Boy M. Saul (Demokrat) sudah siap memperebutkan posisi yang akan ditinggalkan Zaenal Ma’arif tersebut.

Sementara itu anggota FKB DPR RI Effendy Choirie berharap fraksi-fraksi itu tidak usah ngotot meminta Zaenal Ma’arif mundur atau akan melakukan kocok ulang pimpinan DPR RI. Sebab komposisi pimpinan yang ada sudah merupakan hasil pemilihan yang fair. “Komposisi yang ada saat ini paling demokratis dalam pertarungan antara Koalisi Kerakyatan dan Koalisi Kebangsaan pada 2004 lalu,” ujarnya.

Karena itu jangan karena ada peluang terus usul kocok ulang. Itu malah tidak fair dan tidak konsisten. Usulan fraksi-fraksi yang ingin kocok ulang lebih mengedepankan syahwat politik daripada menjaga kebersamaan dan meningkatkan kinerja DPR RI secara institusi dalam mengemban aspirasi rakyat. Sehingga syahwat politiknya mesti ditahan. (dina)