Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) As-Syiddiqiyah KH. Noer Muhammad Iskandar menegaskan, tidak ada satu pondok pesantren pun di negeri ini yang mengajarkan tentang kejahatan, seperti teroris, sebagaimana tuduhan pihak Barat.
Menurutnya, pondok pesantren yang lahir dari keikhlasan para ulama sejak ratusan tahun lalu dan kini jumlahnya sudah ribuan di Indonesia bertujuan untuk mencerdaskan dan menyelamatkan bangsa serta agama.
Kalaupun ada yang menyimpang, lanjut Noer, mungkin orang bersangkutan pernah belajar di pesantren sebentar, lalu keluar dan meneruskan pendidikan di luar negeri. Dan, di negara orang itulah dia mendapat pendidikan teroris.
"Jadi pendidikan teroris itu diperoleh bukan dari pondok pesantren tapi di luar negeri, "tegas Wakil ketua Dewan Syariah DPP-PPP, di Jakarta.
Dalam pandangan Noer Iskandar, terorisme itu terjadi berpangkal dari sikap kelicikan, ketidakadilan serta ketidaksenangan Amerika terhadap umat Islam di dunia.
Ia mengatakan, jika selama ini sikap Amerika terus menunjukkan aroganismenya dengan membela Israel, maka teroris akan terus terjadi di mana-mana.
Terkait dengan tudingan terorisme, Noer meminta umat Islam di Indonesia, tidak perlu takut dengan tudingan mengada-ada Amerika itu. Sebab, yang terpenting dilakukan saat ini, meningkatkan ukhuwwah dan memperdalam ilmu dalam berbagai bidang, termasuk ilmu agama.
Santri Harus Kuasai Ilmu Politik
Noer Iskandar mendukung, apabila kurikulum ilmu politik diajarkan ke dalam ponpes, sehingga dengan demikian, para santri bukan hanya memperdalam ilmu agama saja, tapi plus Iptek (ilmu dan teknologi) juga Imtaq (iman dan taqwa) serta sosial politik akan memperlengkap ilmu yang dimiliki para santri saat ini dan masa mendatang.
"Dengan belajar ilmu politik dimaksud, para santri kelak akan mampu mewarnai politik Indonesia dengan akhlakul kharimah, dengan demikian politik di Indonesia tidak dikuasai oleh preman-premen politik, "tandasnya. (novel/htol)