KH. Mahfudz Asirun: NU DKI Dukung Calon Gubernur Muslim

KH Mahfudz AsirunEramuslim.com – Rais Syuriyah Nahdlatul Ulama (NU) DKI Jakarta, KH Mahfudz Asirun, menegaskan dukungannya terhadap pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur yang Muslim dan beriman.

“NU DKI tidak mendukung gubernur non-Muslim. NU mendukung gubernur yang beriman, yang senang sama rakyat dan disenangi sama rakyat,” ujarnya Kamis, 8 Dzulqa’dah 1437 H (11/08/2016).

Hal itu ia tegaskan dalam acara muzakarah ulama bersama pimpinan parpol dan tokoh-tokoh masyarakat di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, membahas Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.

“Mungkin saja atasan saya atau bawahan saya ada yang mengatakan bahwa NU mendukung non-Muslim. Yang jelas, Rais Syuriyah (NU DKI) itu tidak mendukung (gubernur) non-Muslim,” ungkapnya di depan puluhan tokoh.

Kiai Mahfudz menyampaikan itu karena merasa sebagai kewajibannya. “Dan merasa terpanggil, jangan sampai juga NU itu mendukung gubernur non-Muslim,” ungkap Pimpinan Pesantren Al-Itqon ini.

 

Satu Pasang Cagub-Cawagub Muslim

Diberitakan hidayatullahcom sebelumnya, para tokoh di Jakarta mendorong parpol untuk mengusung satu pasangan Muslim pada Pilgub DKI 2017. [Baca: Puluhan Tokoh Politik-Masyarakat dan Ulama Dorong Parpol Usung Pasangan Muslim]

“Saya merasakan apa yang bapak-bapak rasakan. Calon satu saja itu saya juga sangat setuju,” ujar Mahfudz.

Oleh karena itu, ia mengimbau umat Islam di DKI Jakarta agar satu suara. Ia pun berharap para parpol peserta Pilgub DKI 2017 mengusung satu pasang calon Muslim.

Di sisi lain, soal pengusungan pasangan cagub-cawagub, Mahfudz menduga, sejumlah parpol mungkin masih melakukan tawar-menawar politik.

“Semoga ada pertolongan agar Gubernur DKI 2017 sesuai dengan yang kita harapkan; jujur, bersih, tegas, cerdas, dan beradab,” harapnya.

Dalam muzakarah gelaran CSIL itu, ulama Betawi KH Cholil Ridwan menjelaskan, seorang pemimpin tak cukup Muslim tapi juga harus beriman.

Sebab, jelasnya, pemimpin yang beriman tidak akan korupsi. Jika ia melakukan korupsi, maka saat itu ia tengah kehilangan imannya.

“(Jika) habis korupsi, (ia) istighfar, balik lagi imannya, tapi tidak semua,” ujar Kiai Cholil.(ts/hidayatullah)