Muhammadiyah tetap akan memutuskan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1427 Hijriah jatuh pada hari Senin (23/10), dan keputusan itu diharapkan bisa disikapi dengan dewasa, sehingga tidak menimbulkan konflik.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin disela-sela Sarasehan Ramadhan, di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (18/10).
"Pandangan Muhammadiyah bukannya mengada-ada, main-main atau ada motif politik dibalik itu, semua semata-mata karena keyakinan keagamaan dan ilmu pengetahuan," jelasnya.
Menurutnya, ijtimak menjelang Syawal 1427 Hijriah terjadi pada hari Ahad (22/10) pukul 12.15 sesuai dengan perhitungan hisab hakiki, pada saat matahari terbenam, posisi hilal sudah di atas ufuk. Dengan demikian artinya hilal telah wujud atau ada, karena itu 1 Syawal tiba.
Lebih lanjut Din, mengatakan perbedaan khilafiah dalam menentukan jatuhnya awal bulan Syawal ini dimasa mendatang, dapat dipersatukan dengan menggunakan ayat Al-Quran dan hadis yang sama.
"Ini hanya masalah penafsiran saja yang berbeda, kita harus melakukan pendekatan-pendekatan terhadap perbedaan tersebut sehingga tidak menimbulkan konflik," tandasnya.
Ia juga meminta kepada pemerintah agar memberikan kebebasan kepada umat Islam di Indonesia, untuk menggunakan metode apapun dalam menetapkan 1 Ramadhan dan 1 Syawal sepanjang itu sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah. (novel)