Ketum MUI; Umat Islam Tidak Boleh Golput

Kita ketahui bahwa terda­pat perbedaan pilihan antar masyarakat, apa tanggapan Anda? 
Ya tentu kita harus menghor­mati dan menghargai perbedaan pilihan dengan sikap rendah hati, toleransi dan saling me­muliakan.

Konkretnya itu seperti apa? 
Misalnya itu ya kita harus mendahulukan kepentingan nasional di atas kepentingan kelompok dan golongan.

Tetapi kan melihat dari Pilkada 2017 lalu, perseteruan antar pendukung berlangsung panas. Apa solusinya?
Nah, untuk itu, kita juga harus menjunjung tinggi semangat persaudaraan, baik persaudaraan keislaman (ukhuwah Islamiyyah), maupun persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathoniyyah).

Yang harus kita ingat, pilka­da serentak tahun 2018 tidak boleh menjadi ancaman persat­uan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pilihan boleh ber­beda tetapi semangat persatuan dan persaudaraan sesama anak bangsa harus tetap terpelihara dan terjaga.

Lantas, apa imbauan Anda untuk kepada para pasangan calon? 
Kita meminta kepada pasangan calon, partai politik, dan tim sukses untuk menjauhkan diri dari praktik politik kotor seperti kampanye hitam, menyebarkan berita bohong (hoax), ujaran kebencian, fitnah, adu domba dan politik uang.

Meminta kepada seluruh masyarakat untuk dapat menerima hasil pilkada tahun 2018 dengan sabar, lapang dada dan tawakkal. Siapa pun yang terpilih adalah putra terbaik bangsa Indonesia.

Sebagai pimpinan ulama, apakah ada pesan juga untuk kepada para ulama?
Kepada tokoh agama dan aparat keamanan diimbau untuk ikut serta membantu mencip­takan suasana yang kondusif, aman, damai dan tenang, agar masyarakat dapat menggunakan hak konstitusionalnya dengan pertimbangan yang sehat, jernih dan rasional dan dengan penuh rasa kegembiraan tanpa ada te­kanan, intimidasi dan paksaan.