Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi mengungkapkan, para ulama di Timur Tengah, terutama Iran, menganggap Indonesia telah berpihak kepada Amerika Serikat (AS), sekalipun pemerintah menyatakan justru itulah sikap bebas aktif pemerintah Indonesia.
“Pertama kali yang tidak percaya tentu Iran dan ulama negara (Timur Tengah) tersebut. Mereka pasti memberitahukan kepada kekuatan ulama-ulama yang berada di luar Iran, termasuk yang berada di daerah daerah pergolakan, ” ujar KH. Hasyim Muzadi.
Ihwal demikian, katanya, akan mengurangi minat ulama Timur Tengah untuk hadir pada “Konferensi Islam” di Bogor, Jawa Barat, yang akan dibuka hari ini, Selasa (3/4). Alasannya, mereka kecewa dengan Indonesia.
Padahal, kata Hasyim, pertemuan itu diharapkan dihadiri para ulama Syiah yang punya pengaruh signifikan dalam dua jalur. Yaitu jalur wacana dan jalur komando lapangan (aksi) di medan pergolakan. “Ulama Sunni pun punya dua jalur. Yaitu ulama ilmiah dan ulama yang terlibat konflik di lapangan, ” jelasnya.
"Namun, sampai saat ini yang bersedia hadir adalah kelompok Sunni ilmiah. Sedangkan Sunni yang terlibat konflik belum ada konfirmasi. Sementara yang Syiah, baik yang syiah komando maupun Syiah ilmiah tidak bersedia hadir kecuali mengirim peninjau untuk sekedar tahu, apa sih maunya Jakarta? Tapi, bagaimanapun itu lebih baik ada daripada tidak sama sekali, ” sambung Hasyim.
Hasyim, yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang menambahkan, setelah sikap pemerintah mendukung sanksi PBB terhadap Iran, pihaknya mendapat protes dari ulama dan tokoh agama di Timur Tengah. Mereka menyesalkan sikap pemerintah RI tersebut, karena Indonesia diharapkan dapat menjadi penengah dalam berbagai konflik di dunia.
“Sebagai organisasi Islam terbesar di dunia, tanggung jawab NU tidak mengurus negara, tapi mengurus para ulama. Dan, ulama dunia itu protesnya melalui NU sebagai kekuatan moral, bukan kekuatan kepentingan politik, ” imbuh Presiden World Conference of Relegiuon Peace (WCRP) itu dengan nada kecewa. (dina)