Ketua PP Muhammadiyah: Bukan Radikalisme, PR Indonesia Adalah Ekonomi, Politik dan Pendidikan

Tapi, Buya Anwar mengatakan, ternyata dunia pendidikan telah banyak mencetak anak-anak dan generasi bangsa yang sekuler. Karena pendidikan yang diberikan kepada mereka lewat mata ajar yang ada terputus dan tidak terkait dengan Tuhan dan atau Sila Pertama. Sehingga mereka menganggap agama tidak penting dan tidak boleh dibawa-bawa ke dalam kehidupan ekonomi dan politik serta kegiatan publik lainnya.

Padahal kehadiran agama bagi bangsa Indonesia harus menjadi sumber nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu dunia pendidikan harus bisa dibenahi agar mampu mencetak anak-anak didik dan generasi bangsa yang merasa perlu kepada agama serta tunduk dan patuh kepada Tuhannya. Peduli terhadap hak dan kepentingan orang lain serta tahu dan mengerti betul tentang arti pentingnya persatuan dan kesatuan bagi bangsa ini.

 

“(Anak-anak bangsa) mereka harus benar-benar lebih mengedepankan musyawarah dan mufakat dalam mengatasi perbedaan dan dalam menghadapi masalah bersama, dan mereka dalam setiap gerak dan langkahnya harus selalu berorientasi kepada kepentingan orang banyak terutama untuk terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia,” jelasnya.

Buya Anwar mengatakan, karena dunia pendidikan belum begitu berhasil dalam mencetak anak-anak bangsa yang sesuai dengan keinginan bersama. Maka sebagai bangsa harus menyadari bahwa bangsa ini sekarang dalam bahaya. Karena bila gagal dalam mewujudkan dan mengimplementasikan sila-sial tersebut ke dalam kehidupan di negeri ini, maka kepercayaan rakyat terhadap ideologi negara yang ada akan hilang.

Bila kepercayaan terhadap ideologi negara hilang, maka negeri ini akan bisa porak poranda dan terseret ke dalam suatu peperangan yang lebih dahsyat yaitu perang ideologi. Ini tentu sangat jelas akan membawa dampak yang sangat buruk dan berbahaya bagi keberlangsungan dan eksistensi bangsa Indonesia kedepan.

“Dan kita jelas tidak mau itu terjadi, oleh karena itu kita menghimbau kepada para pemimpin di negeri ini agar bersikap rasional dan proporsional, jangan yang kecil dibesar-besarkan dan jangan pula yang besar dikecil-kecilkan,” ujarnya.

Buya Anwar mengingatkan agar semuanya menghadapi berbagai persoalan secara cerdas dan realistis dengan mengedepankan rasa kebersamaan dan keadilan. Karena dengan cara itulah bangsa ini akan bisa bertahan, maju dan berkembang. Sehingga rakyatnya akan bisa hidup dengan aman, tenteram, damai dan bahagia. (rol)