Ketua PBNU KH. Hasyim Muzadi menilai, kenyataan yang terjadi saat ini, gerakan politik kerakyatan sebelum dan sesudah penyelenggaraan pilkada sering membenturkan kepentingan masyarakat terutama dengan keagamaan, sehingga apabila tidak diatasi maka bisa menimbulkan perpecahan.
"Saat ini pintu-pintu Indonesia terbuka lebar tanpa sensor, menimbulkan masalah-masalah aliran keagamaan, politik berbasiskan agama, dan berbagai konflik lainnya. Sehingga NU menegaskan kembali bagaimana agama yang berkebangsaan, dan bagaimana berbangsa yang disinari oleh nilai-nilai agama, "ujarnya usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (25/1).
Dicontohkannya, pada sejumlah pilkada yang sempat menimbulkan polarisasi di masyarakat yang terkena dampak negatifnya adalah kalangan bawah (grassroot) yang sebagian besarnya adalah warga NU.
Ia menambahkan, pemilihan kepala daerah (pilkada) seharusnya tidak dilakukan secara langsung, karena selain menimbulkan konflik yang berujung pada perpecahan, juga hanya menghambur-hamburkan uang.
Karena itu, lanjut Hasyim, NU bersama semua pihak akan kembali semua pihak memperkokoh kembali wawasan keagamaan dalam kaitannya dengan kepentingan kebangsaan, ini merupakan ciri dasar dari NU.
Mengenai wawasan keagamaan, Ia juga mengingatkan perlunya upaya peningkatan kepedulian kemasyarakatan sesuai dengan keprihatinan masyarakat sekarang ini. Di mana, dalam kurun waktu 10 tahun, terjadi bencana sosial, dan tiga tahun belakangan ini muncul berbagai bencana alam.
"Pengaruh-pengaruh positif dan negatif yang secara global telah melanda negeri ini, ditambah dengan bencana sosial dan alam, mengharuskan ada konsolidasi dari persaudaran dan toleransi di dalam masyarakat. Kalau tidak tidak bisa diatasi maka kita (bangsa) bisa tercerai-berai, "tandasnya. (novel/mol/nu-pot)