Ketua Panitia Anggaran DPR RI Emir Moeis mengingatkan dengan melonjaknya harga minyak di pasaran dunia hingga 75 dolar AS/barel, maka APBN 2006 sudah pada tingkat lampu kuning, karena defisitnya mencapai Rp 65 triliun, sehingga harus dihitung ulang atau direvisi kembali.
“Satu-satunya jalan untuk menutup defisit, pemerintah mesti menjual obligasi, tapi jika itu dilakukan akan sangat memberatkan anak cucu kita kelak,” papar Emir kepada pers di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (26/4).
Menurutnya, di zaman susah sekarang ini presiden SBY jangan boros, tapi harus memberi contoh bagaimana cara mengencangkan ikat pinggang–berhemat. Katanya,”Kalau mau loro lopo (hidup susah dan mlarat), ya harus sama-sama menanggung semua tanggung jawabnya. Jangan rakyat saja yang disuruh loro lopo, sedangkan pejabatnya enak-enakan.’’
Emir menegaskan, tanggungjawab pemerintah untuk menutup defisit anggaran APBN sebesar Rp 65 triliun tersebut di antaranya untuk subsidi listrik sebesar Rp 10,2 triliun, subsidi BBM sebesar Rp 10 triliun, sisanya sebesar Rp 45 triliun untuk memenuhi anggaran pendidikan sebesar 20% UU Sisdiknas.
Terkait dengan hal itu, ia menilai kunjungan rombongan presiden ke Timur Tengah sekarang ini tidak mencerminkan keprihatinan karena jumlahnya mencapai ratusan orang.
“Sehingga seolah-olah negeri ini sudah makmur dan tidak punya masalah keuangan. Padahal masalahnya semakin akut dan berat. Sebaiknya kalau presiden ke luar negeri, rombongannya sedikit saja. Jangan ratusan orang. Dan, pesawatnya komersial saja, nggak usah gagah-gagahan, ingat kita ini miskin. PM Singapura saja pakai Singapura Air Lines,’’ tutur politisi PDIP itu. (dina)