Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Kholil Ridwan menyatakan, semestinya tradisi keilmuan dalam Islam melahirkan ulama, bukannya ilmuan. Sebab, antara ulama dengan ilmuan itu tidak sama.
Menurutnya, ulama itu mempunyai kepekaan terhadap kondisi akidah umat, berjuang dengan ikhlas, tidak ingin popularitas, tidak menghallakan segala cara demi kekuasaan, apalagi mau disetir oleh pemikiran asing atau yang lebih buruk meninggalkan Islam itu sendiri.
”Tradisi ilmu dalam Islam itu melahirkan ulama. Ulama berbeda dengan ilmuan, ” ujar KH. Kholil Ridwan di sela-sela acara Tasyakur 5 tahun Institute for Study the Study of Islamic Thougth and Civilization (INSISTS) di Depok.
Dijelaskannya, sosok ulama punya tanggungjawab keilmuan, moral, dan agama kepada Allah Swt. Sedangkan ilmuan bisa bebas dari nilai-nilai agama, moral, ataupun tidak beriman kepada Allah sekalipun.
“Ulama dalam menyampaikan ilmunya harus berangkat dari iman. Jadi ia punya tradisi keimanan dan keilmuan secara berbarengan. Bebeda dengan ilmuan. Ia bisa bicara dan berbohong tergantung kemauannya karena tidak terikat iman, ” papar pengasuh pesantren Husnayain itu.
Ia mengungkapkan, dalam hadis Nabi Muhammad Saw juga disebutkan, bahwa ulama itu pewaris para nabi. Jadi bukan ilmuan yang mewarisi kenabian. ”Al-’Ulama waratsah al-Anbiya. Di situ jelas sekali ulama yang ditunjuk Nabi sebagai pewaris para nabi, bukan semua orang yang berilmu, tapi harus punya dan menjaga imannya, ” sambung dia.
Karena itu, Kyai Kholil berharap ke depan lahir ulama-ulama yang betul-betul mewarisi tradisi keilmuan yang dijarakan para nabi sebagaimana yang pernah dilakukan oleh ulama-ulama kita, bukannya mengikuti cara berpikir Barat. (dina)