Suasana Ramadhan yang seharusnya diwarnai dengan kesabaran hati dan sikap toleransi, ternyata harus ternoda dengan aksi bentrokan antara TNI-Polri. Ketua MPRRI Hidayat Nurwahid mengaku prihatin dengan kejadian bentrokan TNI-Polri di Ternate, Maluku Utara yang terjadi secara anarkis pada bulan Ramadhan.
"Ini sangat memprihatinkan, di bulan puasa begini kok angkara murka masih diumbar, menurut saya ini suatu hal yang perlu dikritisi dengan sangat keras, "katanya di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (25/9)..
Ia meminta agar, bentrokan TNI-Polri di Ternate yang menewaskan dua orang meninggal dunia ini, segera diusut tuntas sesuai dengan hukum dan aturan yang berlaku.
Lebih lanjut Mantan Presiden PKS ini menghimbau kepada petinggi TNI-Polri dapat memastikan kejadian ini tidak terulang lagi ke depan. Terutama di daerah rawan konflik seperti Maluku, mestinya rekan-rekan TNI-Polri harus menjadi contoh yang baik.
“Bagaimana bisa memberi contoh untuk menyelesaikan masalah, jika di daerah konflik, rekan-rekan TNI-Polri terbiasa mengumbar amarah. Rakyat yang di sana saja belum selesai dari konflik, ”tukasnya.
Hidayat menilai, untuk menyelesaikan masalah ini sangat terkait dengan komitmen dua pihak, untuk tidak mengulangi kasus serupa yang membuat publik, petinggi Polri-TNI tidak simpati.
Total korban akibat bentrokan yang terjadi didaerah Jailolo, HalMahira Barat, Maluku Utara berjumlah 9 orang, di mana antara 2 orang dari polisi meninggal dunia salah satunya adalah Bripda Mudi Sulaeman, sedangkan 5 orang lainnya luka-luka. Sedangkan dari pihak TNI 2 orang yang mengalami luka-luka.(novel)