Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI Hidayat Nur Wahid menyatakan, diperlukan kejujuran dalam berdemokrasi.
"Salah satu bentuk kejujuran dalam berdemokrasi adalah menghilangkan standar ganda," kata Hidayat Nur Wahid di istanbul, Turki Rabu (5/4) dalam forum Fourth Assembly World Movement for Democracy.
Ia mengatakan, semua pihak perlu bekerja sama dan saling belajar untuk lebih memahami demokrasi. umat Islam lanjutnya, sebagian bagian dari komunitas Indonesia dan dunia telah memberikan kontribusi besar kepada kemajuan demokrasi. Pemilu 1999 dan 2004 di Indonesia yang jujur, tertib dan aman merupakan salah satu buktinyata.
Berbicara dihadapan 500 aktivis, praktisi dan ilmuwan yang datang dari lebih 100 negara, Hidayat Nurwahid mengatakan, munculnya amandemen konsitusi yang mengatur pembatasan masa jabatan Presiden, adanya aturan pemilihan Presiden langsung, pemilihan Kepala Daerah, aturan DPD dan sebagainya juga cermin berkembangnya praktik demokrasi di Indonesia.
Dalam sidang Pleno, Ketua MPR RI menyampaikan pidato berjudul "Developing Viable Democratic Arenas in Muslim Societies." Hidayat merupakan wakil Asia Tenggara bersama mantan Deputi PM Malaysia, Anwar Ibrahim.
Menurut Mantan Presiden PKS ini, pada dasarnya umat Islam menyadari bahwa prinsip demokrasi dikelola dengan saling belajar dan berinteraksi antar berbagai komunitas dunia dari Barat, Timur, Muslim dan Non Muslim. Namun hendaknya mereka yang meneriakkan demokrasi jangan menerapkan standar ganda, manakala umat Islam tampil memenangkan Pemilu yang jujur dan terbuka, seperti yang dialami Hamas di Palestina.
Hidayat juga mencontohkan, kasus pemuatan Kartun Nabi Muhammad Saw sebagai pencideraan demokrasi karena melukai milyaran umat Islam. Masalah invasi ke Irak juga disinggung Ketua MPR karena telah menciderai berbagai prinsip demokrasi yang kini diperjuangkan.
Oleh karena itu, tambahnya, saling kerjasama dan saling belajar, serta saling memahami adanya perbedaan kultur dan sejarah, praktik berdemokrasi tiap bangsa harus makin dikembangkan. Jangan sampai demokrasi mengulangi kegagalannya seperti pada masa diktator Hitler sehingga memunculkan nestapa panjang pada Perang Dunia II silam.
Pertemuan dengan Anwar Ibrahim
Di tengah acara di Istanbul ini, Hidayat Nur Wahid juga sempat mengadakan pertemuan khusus dengan mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. Dalam pertemuan yang berlangsung hangat dan bersahabat Anwar Ibrahim sempat membicarakan beberapa isu-isu penting yang berkait perkembangan demokrasi, baik di dunia maupun di kawasan Asia Tenggara.
Di dalam pertemuan itu, Anwar Ibrahim juga menyampaikan perlunya sebuah gerakan yang menentang penerapan demokrasi ala Amerika. Anwar juga menegaskan, perlu meneruskan usaha demokratisasi di Asia dan Timur Tengah. Gerakan demokrasi yang cukup baik di Indonesia sebaiknya juga bisa di rasakan di negeri-negeri serumpun. (travel)