Eramuslim – Berhadapan di garis terdepan dengan pasukan penjajah Zionis di timur kamp pawai kepulangan di Khuza’ah, timur Khanyunis, wilayah selatan Jalur Gaza, seorang wanita Palestina mengenakan jilbab hijau dan menyembunyikan wajahnya dengan sorban kotak-kota dan bendera Palestina, melesakkan batu dengan “ketapel” ke arah tempat konsentrasi pasukan penjajah Zionis yang berada di balik penghalang dan paga permisah di perbatasan timur Jalur Gaza.
Sesekali mundur ke belakang bumbungan asap ban-ban mobil yang dibakar dan berpindah ke sisi lain, kemudian kembali melontaskan batu di tengah-tengah teriakan takbir, tidak peduli dengan desingan peluru dan meriam gas yang berjatuhan ditembakkan pasukan penjajah Zionis.
Ketapel telah berubah menjadi salah satu senjata perjuangan rakyat Palestina yang paling penting dalam menghadapi pasukan penjajah Zionis Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Ketapel ini muncul pertama kali digunakan sebagai alat perjuangan pada intifadhah batu tahun 1987. Namun penggunaannya tidak lagi menonjol dalam berbagai konfrontasi yang berjadi dalam tahun-tahun terakhir, setelah perlawanan Palestina menggunakan senjata api dalam intifadhah al-Aqsha tahun 2000. Dan ketapel benar-benar hilang penggunaannya di Jalur Gaza bersamaan dengan penarikan pasukan penjajah Zionis dari Jalur Gaza pada September 2005, yang ada adalah konfrontasi militer menggunakan senjata api dan roket.