Apalagi ketika UAS duet dengan Ustadz Azhar Idrus dan kemudian duet dengan Ustadz Felix Siauw, ribuan jamaah membludak hingga ke halaman masjid Raya Annur Pekanbaru. Kini publik Indonesia dan Malaysia tentu bisa menyaksikan sendiri, bagaimana umat selalu antusias menghadiri kajian UAS di berbagai pelosok daerah di Nusantara. Semua yang menggerakkan adalah Alloh Swt. Oleh karenanya, jangan menfitnah ulama pejuang yang mukhlis. Bukan hanya umat yang marah. Bisa jadi Allah swt yang akan marah.
UAS juga sorang da’i yang sederhana, tawadlu’ dan disiplin. Beliau selalu tepat waktu sesuai janji. Kecuali ada halangan syar’i. Beliau tidak hanya dakwah di Kota. Di tengah hutan belantara Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, beliau beberapa kali dakwah ditengah masyarakat suku Talang Mamak. Rimbawan dan PNS Kehutanan Riau pun banyak yang belum sampai kesana. Tapi guru kita ini sudah menelusuri Sungai Batang Gangsal, berjalan di tengah rimba belantara, bersama anak-anak suku Talang Mamak.
Suatu hari, ketika saya berkunjung ke Ponpes al Abqory Banten, ada seorang santri yang berteriak memanggil saya, “ Ustadz dari Riau ?” tanya santri itu yang kemudian mengenalkan dirinya dengan nama Hamzah. Iya!” jawab saya. ”Saya dari kepulaauan Meranti, saya muallaf, saya di-Islamkan oleh Ustadz Abdul Somad, salam ke beliau ustadz ya. Kami ke sini juga dilepas oleh Ustadz Abdul Somad. Banyak juga yang dikirim ke pesantren-pesantren lainnya” kata Hamzah, santri kelas 1 MTs PP al Abqory Serang Banten.
Tak terasa meleleh air mata saya, kemudian Hamzahpun saya peluk. Dalam hati, “Subhanalloh luar biasa jasa ustadz Abdul Somad”.