Kerusuhan di Monas 1 Juni 2008 lalu yang berujung pada penahanan Ketua Umum front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab, ternyata tidak menyurutkan langkah pria berdarah Arab ini untuk melanjutkan kegiatannya berdakwah, dalam menyebarkan amar ma’ruf nahyi mungkar. Terbukti selama kurun waktu dua bulan dalam tahanan Markas Polda Metro Jaya, Habib Rizieq tetap aktiv memberikan pengajaran kepada sekitar 120 narapidana yang ada dirutan Narkoba Polda Metro Jaya.
"Dakwah beliau tidak terhenti walaupun dipenjara, ya karena Habib kan ustad/guru ya, di mana pun harus dakwah, gak enak kalau gak dakwah. Berapa pun jumlahnya entah 2 orang, 3 orang, atau 100 orang ya harus berdakwah menyampaikan yang haq dan yang bathil. Dirumah pun beliau tidak pernah diam, selalu berfikir membuat sesuatu untuk umat. Ya istirahatnya kalau sudah kecapaian, " tutur Syarifah Fadlun yang akrab disapa Umi Fadlun saat berbincang dengan Eramuslim, di kediamannya.
Pada suatu siang yang cukup panas itu, di kawasan Petamburan, Jakarta Barat, Eramuslim berkesempatan bersilaturahmi kekediaman pemimpin FPI, tempat itu juga menjadi markas dakwahnya. Umi Fadlun sangat ramah dan bersahaja, ketika diajak berbincang-bincang. Kasus yang menimpa suaminya, tidak membuatnya putus asa dan patah semangat dalam mendorong perjuangan suami yang menikahinya 20 tahun lalu itu. Ketabahannya dan kepasrahan pada Allah SWT dalam menghadapi kerikil-kerikil dalam perjuangan membela Islam ini pun, melebur dalam kesehariannya, sehingga ketujuh puterinya juga memiliki sikap yang hampir sama.
"Anak-anak itu sangat tergantung ibunya, kalau ibunya terlihat tegas, tetap ketawa-ketawa saja, biasa dan santau saja, anak-anak ya biasa saja, " ujar Perempuan kelahiran Jakarta ini.
Namun, Umi Fadlun mengaku, kuwalahan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaan Habib Rizieq yang meluncur dari mulut si kecil yang masih duduk di Taman Kanak-kanak dan yang berusia 2 tahun setengah. Yang memang belum dapat dijelaskan keadaan sebenarnya, akhirnya Umi terpaksa berbohong dengan mengatakan bahwa Abah (Habib Rizieq) mereka sedang mengajar pengajian, dan harus menetap di sana. Meski terkadang anak-anak itu tidak puas dengan jawaban dari ibunya
"Kok Abah gak pulang-pulang sih Mi, kan lagi ngajar. Ngajar dirumah aja (di markas), ngajarnya harus di sana, " tuturnya menirukan anak-anaknya sambil tertawa.
Habib Rizieq memang kerap kali melakukan perjalanan dakwah ke luar kota, dan lamanya antara 1-2 pekan. Namun, bagi anak-anak Habib Rizieq yang sudah mengerti keadaan yang sebenarnya, setiap ada kesempatan untuk menjenguk Abahnya ditahanan, mereka pun tak segan-segan untuk melontarkan sikap protes mereka kepada aparat kepolisian yang sudah menahan ayah mereka.
"Pak polisi Abah kan gak salah! Yang salah itu Gus Dur! Abah kan membela Islam, " tegas anak-anak Habib Rizieq yang ditirukan oleh Umi Fadlun.
Habib Rizieq tetap melanjutkan perjuangan dakwah ditahanan, akan tetapi para jamaah dan murid-muridnya yang di luar tahanan merasakan dampaknya, karena harus bersabar untuk mendengarkan tausyiah ataupun ceramah dari Ustad pengganti. Pria yang dulunya aktif sebagai pengajar Faro’id di Madrasah Aliyah di wilayah Tanah Abang itu, harus mengikhlaskan kegiatan mengajarnya di sekolah digantikan oleh guru lainnya.
Dari sekian banyak aktivitas Habib Rizieq yang terhenti, karena berada di tempat yang sempit dan terbatas itu, ada hikmah yang bisa dipetik. Habib Rizieq lebih bisa konsentrasi menyelesaikan disertasi untuk memperoleh gelar Doktor pada salah satu perguruan tinggi di Malaysia.
Sebagai seorang Isteri, Umi Fadlun terus berupaya menjadikan keluarga tetap utuh walaupun Habib Rizieq secara fisik tidak dapat berkumpul dengannya dan anak-anak mereka. Umi yang setiap hari menjenguk Habib Rizieq untuk membawakan makan siang, dan malam itu, tapi khusus hari libur memberikan kesempatan kepada ketujuh puterinya untuk menjenguk Abah mereka. Dengan membawa bekal makanan favorit Habib Rizieq yakni ikan teri dicabein pakai kacang, sayur asem, empal dan tak ketinggalan tempe goreng, seluruh anggota keluarga menyempatkan diri untuk makan bersama di sela-sela jam besuk tahanan.
"Kita semua ke sana menyempatkan diri makan bersama, biar tetap akrab. Kalau hari minggu semua ikur, termasuk yang kecil, karena Habib paling kangen sama yang kecil yang nomor enam, dekat sekali, suka tidur bareng Habib, " paparnya dengan logat Betawi yang khas.
Di tengah kepasrahannya dan ikhtiar menghadapi cobaan yang dialami keluarganya, Umi Fadlun menaruh harapan yang sangat besar, bahwa kepolisian segera membebaskan Habib Rizieq dari kasus yang menjeratnya. Sebab, seperti diterangkannya, memang tidak ada bukti sama sekali bahwa Habib Rizieq terlibat dalam kerusuhan Monas, karena pada waktu yang bersamaan itu Habib Rizieq tengah mengajar di tempat lain. Bahkan bukti, kaset ceramah Habib Rizieq pada Januari yang dijadikan dasar untuk menjeratnya, terkesan Umi sangat mengada-ada.
"Kaset bulan Januari, masak dijadikan buat bukti bulan Juni, kan gak mungkin. Kalau nyuruh itukan dilokasi, misalnya serbu begitu kan. Kalau memang lagi ceramah ya nadanya bukan nyuruh, hanya istilahnya saja bahwa aliran sesat itu harus diperangi dan dibubarkan. Kita juga harus memerangi kemiskinan, memerangi kedzaliman, itukan istilahnya bahasa, bukan berarti perang fisik, " tegasnya.
Jelang Bulan Ramadhan Habib Rizieq Diharapkan Bebas
Ia berharap penyelesaian menjelang bulan suci Ramadhan, kasus yang menimpa suaminya didapat diselesaikan secara profesional dan tidak berat sebelah. Selain itu provokator yang membawa pistol dalam peristiwa itu diusut dengan tuntas, jangan mencoba menghilangkan barang buktinya.
Sebenarnya, apabila sejak awal Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan respon yang cepat dan bersikap tegas, bahwa Ahmadiyah bukan kebebasan beragamaa, tetapi sudah menodai agama maka tak mungkin peristiwa ini.
"Kita juga bingung padahal aliran sesat kalau tidak ada yang nahyi munkar (memerangi kemungkaran), murka Allah yang akan datang, mereka harusnya berterima kasih kepada yang menjalankan nahyi munkar. Kalau amar ma’ruf itu sih gampang, misalnya mengajar membaca Al-Quran atau di pesantren-pesantren. Tapi kalau nahyi munkar itu banyak resikonya, karena yang dihadapi itukan tempat maksiat yang banyak backingannya, " jelasnya.
Perempuan yang selalu memberikan dukungan atas perjuangan FPI itu, berpendapat apabila nahyi munkar tidak dilakukan terutama di Ibukota Jakarta, dikhawatirkan Allah menurunkan azabnya seperti bencana alam tsunami yang terjadi Aceh. Karena azab Allah tidak akan memandang apakah itu umat Muslim, atau Nasrani. Namun yang menjadi keinginannya, kondisi negara Indonesia tetap aman dan makmur, tidak ada maksiat yang merajalela.
Ia pun meminta kepada umat Islam untuk tetap mendoakan kelurga agar tetap istiqomah menghadapi cobaan, terutama untuk suaminya Habib Rizieq tetap istiqomah dalam berjuang dijalan Allah.
Dalam setiap aksi dan tabligh akbar yang dilakukan oleh Forum Umat Islam dan gabungan ulama habaib diadakan penggalanggan dana untuk para pejuang Islam yang sedang ditahan di Mapolda Metro Jaya. Menanggapi besarnya solidaritas dari kalangan umat Islam, Umi fadlun sangat terharu dan berterima kasih.
"Alhamdulillah dana-dana itu kita pakai untuk sepuluh orang yang ditahan di sana, untuk makan siang, makan malam, untuk isteri-isteri dan anak-anaknya laskar, " ujarnya.
Selain bantuan yang berupa uang, murid-murid Habib Rizieq juga tidak pernah putus-putusnya membawakan berbagai makanan khas Arab seperti nasi kebuli, nasi mandi, saat berkunjung ke tahanan, dengan jumlah yang tidak sedikit.
"Jadi semua yang ditahanan ikut menikmatinya, ilmunya dapat, nasi kebulinya dan makanan lainnya juga dapat, " tuturnya.
Banyak hikmah yang diambil dari peristiwa yang terjadi sepanjang dua bulan ini, namun bagi Umi Fadlun yang terpenting selalu bersandar pada Allah, karena yang dilakukannya bersama suaminya serta kawan-kawannya berjuang untuk agama Allah. (novel)