Meskipun biaya perawatan di RS sudah digratiskan, Ibu Wader, nenek Rijalis, balita (1 tahun) pasien gizi buruk di RSUD Indramayu, Jawa Barat, tetap membawa pulang Rijalis karena tidak punya uang lagi untuk biaya makan dan transport selama menunggui Rijalis. Orang tua Rijalis sendiri, Ningsih (22) pekan lalu meninggal dunia karena menderita gizi buruk dan anemia.
Terketuk dengan penderitaan Rijalis dan Ibu Wader, Ketua Fraksi PKS, Mahfudz Siddiq, membawa Rijalis kembali ke rumah sakit dan menyanggupi untuk menanggung semua biaya hidup Ibu Wader dan ketiga putrinya.
Rijalis merupakan satu dari 10 balita penderita gizi buruk yang kini dirawat di RSUD Indramayu. Menurut Mahfudz, masih banyak balita penderita gizi buruk di Indramayu. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS Kabupaten Indramayu menemukan ada 10 balita penderita gizi buruk yang tidak dibawa ke rumah sakit dengan alasan tidak memiliki biaya.
Dalam keterangannya, Mahfudz menyatakan, kasus gizi buruk yang menimpa balita merupakan puncak dari gunung es kondisi kemiskinan di Kabupaten Indramayu. Namun, perhatian para kepala desa terhadap persoalan ini sangat minim. "Mereka bahkan cenderung menutup-nutupi. Mungkin malu atau gengsi karena di daerahnya ada kasus gizi buruk," kata Mahfudz.
Mahfudz mengimbau, para kepala desa di Kabupaten Indramayu tidak perlu malu dan gengsi untuk melaporkan kasus gizi buruk yang ada di desanya. Hal ini agar aparat yang di atasnya mengetahui dan segera dapat mengambil langkah-langkah untuk membantu menyelesaikan persoalan tersebut. "Kalau mereka diam saja, dari mana aparat yang di atas tahu. Bagaimana mereka bisa membantu mengatasi persoalan gizi buruk itu," sambungnya. (travel)