Kemiskinan yang melanda berbagai belahan dunia dewasa ini lebih disebabkan karena faktor-faktor non agama, terutama politik dan ekonomi. Demikian disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam ceramahnya dengan topik "Love, Religion and World Poverty", di Yale University, AS, Senin (28/7).
Meski demikian, menurutnya, agama turut andil yaitu terkait dengan "kegagalan" agama untuk memberi etika profetik bagi pembebasan diri dari kemiskinan.
Din mengatakan bahwa kemiskinan di dunia, selain bersifat kultural juga bersifat struktural. Yang pertama ikut dipengaruhi agama, sedang yang kedua karena sistem politik dan ekonomi dunia yang tidak berpihak kepada kaum miskin.
"Kapitalisme modern terutama madzhab neo-liberal telah menciptakan kesenjangan sosial, sehingga yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, " katanya.
Oleh karena itu, lanjut Din Syamsuddin, dalam upaya mengentaskan kemiskinan dunia, memang agama perlu meningkatkan perannya dengan nilai-nilai etika dinamis, tapi mutlak perlu adanya sistem ekonomi ke arah yang berkeadilan.
"Memang kita perlu memacu pertumbuhan dalam perekonomian nasional tapi kita tidak bisa mengabaikan keadilan dan pemerataan", tandasnya.
Ia menyatakan, pengalaman Indonesia menunjukkan bahwa orientasi pembangunan ekonomi yang lebih berat pada pertumbuhan, telah meningkatkan angka kemiskinan dan pengangguran.
"Dalam bidang pertanian, umpamanya, industrialisasi telah menggusur lahan-lahan pertanian, dan pengabaian negara untuk memberikan proteksi kepada para petani telah menyebabkan mereka terpaksa jadi buruh tani, " jelasnya.
Pada bagian lain ceramahnya Din Syamsuddin mendorong agama-agama untuk mengembangkan teologi kemiskinan dan berbuat nyata dalam pengentasan kemiskinan. (novel)