Kembali Densus 88 Tangkap Ustadz di Bima dengan Tidak Manusiawi

ustAhad 16 Desember 2013, Kembali Kota Bima NTB digemparkan dengan Penangkapan yang brutal,tidak manusiawi, tanpa memandang adab Agama oleh Pasukan yang selalu dibangga-banggakan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

DiKelurahan Penato’i, Menjelang waktu Ashar/ sesaat setelah Azan, Ustad Iskandar yang selalu dibanggakan,dicintai oleh Masyarakat Bima,khususnya Masyarakat Kelurahan Penato’i dan Aktifis Islam umumnya,ditangkap dengan cara-cara yang diluar peri kemanusiaan oleh Pasukan Khusus dari Kepolisian yang dengan bangganya memakai Logo Burung Hantu (Lambang Pemujaan Kaum Mason).

Saiful, salah satu saksi mata yang menyaksikan kejadian tersebut,menceritakan bahwa saat itu Ustad Iskandar akan segera menunaikan sholat Ashar,namun secara tiba-tiba sekitar 30meter dari Mushollah, ustad Iskandar dicegat dan dikejar sampai kedalam pelataran Mushollah,setelah ditangkap Beliau diinjak dipelataran Mushollah,dipukul dan diseret dengan begitu sadisnya kedalam Mobil Innova,teman-teman yang menyaksikan tidak bisa berbuat banyak karena ditodong dengan Pistol.

“Ustad dikejar, diinjak-injak, dipukul dipelataran Mushollah dan diseret kedalam mobil Innova oleh lima anggota Densus 88, kami hanya bisa melihat, tanpa bisa berbuat apapun karena ditodong dengan Pistol” Ungkap Saiful, salah satu Warga yang menyaksikan Kejadian tersebut.

Apa yang dilakukan oleh Densus 88 kesekian kali ini,merupakan semakin menambah Daftar hitam Pasukan Khusus Detasemen 88 terhadap Umat Islam, mereka Densus 88 tidak lagi menghargai Masjid Umat Islam,mereka tidak lagi menghargai simbol-simbol Umat Islam.

Sampai saat ini, Polri hanya mengeluarkan statmen,bahwa Polri melalui Densus 88 kembali menangkap “Terduga Teroris” diKota Bima, baru kata terduga,tanpa bukti,tanpa surat penangkapan. sungguh kedzaliman yang harus dialami oleh Kaum Muslimin,sangat jauh sekali dengan penanganan-penanganan terhadap Teroris-teroris lain seperti OPM(Organisasi Papua Merdeka), RMS (Republik Maluku Sarani), Borneo Merdeka dan lain-lainnya.

-Fayis Umar-