Muallaf Foundation (MF) mengadakan Muallaf Festival dalam rangka milad MF ke-10 di Denpasar Bali, Minggu (10/6/2012). Acara ini terdiri dari berbagai kegiatan seperti donor darah, bazar, hiburan dan pentas seni budaya, Sarasehan Lembaga-Lembaga Islam dan Muallaf Bali, penganugerahan Duta Muallaf, dan lain-lain. MF sendiri didirikan pada tanggal 30 Mei 2002, dan merupakan lembaga yang khusus menangani para mualaf yang sekretariatnya berpusat di Denpasar, Bali.
Dalam sambutannya, Ketua MF Slamet Adi Priyatna menyampaikan bahwa MF memiliki visi untuk menjadi institusi terdepan dalam pengenalan Islam dan pembinaan mualaf di Indonesia. Dengan visi tersebut maka dibuatlah berbagai program kegiatan MF seperti Muallaf Care, Jiran (Kajian Rutin Bulanan), Muallaf Festival, Gemasya (Gema Ramadhan & Syawal), serta program kegiatan lainnya. Dan kini MF telah mempunyai anggota pembinaan lebih dari 100 orang.
Dalam Sarasehan, MF menghadirkan Ketua MUI Bali KH. M Taufik As’adi, Ketua Rumah Mualaf Indonesia (RUMI) Dr. Amir Faishol Fath, Sekjen Arimatea Diki Chandra, dan Saiful Islam Al Payage seorang ulama dan dai muda dari Papua yang dahulunya seorang mualaf. Sarasehan ini juga dihadiri oleh Anggota DPRD Kota Denpasar, Bali, H. Mudjiono. Pada kesempatan tersebut, KH. M Taufik As’adi menuturkan bahwa MF dapat menjadi inisiator kegiatan yang bersifat sinergis dengan lembaga lain yang terkait dengan penanganan mualaf. Selanjutnya, Ketua MUI Bali ini berpendapat bahwa advokasi juga diperlukan untuk para mualaf baru, karena adanya realitas bahwa kita berada di dalam negara kesatuan Republik Indonesia yang memiliki peraturan perundangan yang perlu dipahami bersama-sama.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Amir Faishol Fath menjelaskan bahwa pada dasarnya istilah mualaf itu terkait dengan istilah “ta’liful qulub” yang berarti ikatan hati. Oleh karena itu kita harus memenuhi kebutuhan dasar para mualaf baru. Itulah mengapa mualaf merupakan salah satu golongan yang berhak menerima zakat, sehingga kebutuhan dasar mereka segera terpenuhi dan hati mereka merasa terikat dengan Islam. Ketua RUMI ini juga menuturkan bahwa RUMI miliki 2 dimensi penting dalam misinya, yaitu dimensi ibadah ritual dan dimensi peradaban. Dengan kedua dimensi tersebut, RUMI ingin membangun pemahaman yang komprehensif pada diri seorang mualaf sehingga mereka mengenal Islam secara komprehensif dan tidak parsial.
Sedangkan Diki Chandra mengusulkan agar lembaga yang menangani mualaf juga menyiapkan lembaga khusus yang menangani zakat khusus untuk mualaf. Selanjutnya Saiful Islam Al-Payage yang dahulunya beragama Kristen Protestan berpesan kepada para mualaf yang baru tentang 3 hal, yaitu ilmu, amal, dan dakwah. Dai muda dari Papua ini meminta agar para mualaf memperdalam ilmu agama, memperbanyak amal, dan menunjukkan akhlak mulai sebagai bagian dari dakwah kepada para kerabat.
Muallaf Festival diakhiri dengan penganugerahan Duta Muallaf. Sedikitnya ada 8 orang yang terpilih sebagai Duta Muallaf yang akan disebar ke berbagai daerah di Bali. I Gusti Ayu Putu Ariani seorang perwakilan Duta Muallaf dalam testimoninya minta didoakan kepada para hadirin agar dia dapat mengislamkan keluarga dan kerabatny.(fq/tribun)