Kegagalan Dikarenakan Presiden Keras Kepala

Mari kita longok hasil PSBB mengatasi Covid-19 di Indonesia yang dianggap terbaik oleh rezim Jokowi dan para pendukung terutama para buzzer yang selalu menyebarkan “keberhasilan?”.

Korban meninggal karena Covid tercatat 63.000 sampai sekarang akan bertambah terus.

Jumlah sementara 13 kali lipat dari korban meninggal di China. Covid-19 menyebar hampir keseluruh provinsi di Indonesia. Setahun berlalu pandemi Covid tidak melandai. Istilah PSBB ganti dengan PPKM.

Ada Menteri membanggakan PPKM sistem terbaik di dunia, dipuji oleh beberapa negara. Bisa jadi dia salah ucap. Maksudnya bukan terbaik tapi terbalik. Mei 2021 suasana di India. Varian baru Covid-19 Delta mengganas.

Juga bisa disaksikan di Yuotube, betapa menggerikan. India lockdown.  Varian Delta yang ganas ternyata masuk Indonesia.

Karena Covid masuk dari LN tidak pernah ditutup. Jelas dan pasti Covid-19 tersebut made in LN, bukan asal Demak ataupun kota lainnya. Seakan Indonesia kebal. Bandara tetap dibiarkan dibuka, TKA membanjir masuk.

Terutama TKA China jadi anak emas. Seperti awal pandemi Presiden tetap keras kepala tidak mau lockdown. Walaupun secara keilmuan mutasi Civid-19 Delta sangat ganas dan cepat menyebar.

Berbeda dengan China setelah lockdown 76 hari pertumbuhannya selalu positif. Hasil PSBB, pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu minus. Q ke 2 tahun 2020 minus 5,32 persen, Q3 minus 3,49 persen, Q4 minus 2,19 persen. Lalu tahun 2021 Q1 minus 0,74 persen.

Jika awal pandemi Jakarta sekitarnya diperintahkan oleh Jokowi lockdown selama 76 hari sama dgn Wuhan. Tidak akan menyebar ke semua provinsi. Dampak terhadap korban rakyat dan implikasi terhadap ekonomi tidak akan separah hari ini.

Rakyat Indonesia bisa berpesta lebih awal seperti rakyat China. Pertumbuhan pun akan meroket.

Nasi telah jadi bubur, buburnya masih diaduk-aduk oleh para buzzer, dengan kebanyakan penyedap. Terasa sangat pahit buat rakyat yang sudah menderita selama hampir satu setengah tahun.