Kasus Rafael Alun, Dirjen Pajak: Bikin Pusing

eramuslim.com – Direktur Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan, Suryo Utomo mengaku dibuat pusing dengan munculnya kasus Rafael Alun Trisambodo beberapa waktu lalu.

“Ya kalau (ditanya) pusingnya ya pasti pusing,” ungkap Suryo dalam Liputan 6 Talks, dikutip Jumat (17/3).taboola mid article

Suryo mengakui kejadian akhir-akhir ini yang melibatkan Ditjen Pajak sebagai peringatan untuk melakukan introspeksi. Adanya kejadian tersebut menunjukkan perlu adanya perbaikan, walau sejak tahun 2017 lalu, pihaknya sudah mulai melakukan reformasi perpajakan.

“Jadi perbaikan itu memang tidak akan pernah selesai sampai kapanpun juga. Situasi kondisi membawa kita untuk selalu memperbaiki diri,” kata Suryo.

Suryo mengatakan yang terjadi pada kasus Rafael Alun harus kita sikapi. Sejauh ini pihak internal DJP, Kementerian Keuangan dan bahkan KPK sudah turun tangan. Namun di sisi lain, tugas dan fungsi DJP lainnya harus tetap didukung.

“Kami juga harus tetap harus berjalan karena tugas dan fungsi yang ada di DJP mengumpulkan penerimaan negara,” kata dia.

Apalagi, salah satu pilar penerimaan negara ini pajak dan hampir 80 persen ini dari pajak. Pelayanan masyarakat, pengawasan terhadap penerimaan negara, pengumpulan pajaknya ini harus dipastikan tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Suryo Utomo: Nila Setitik, Hancur Susu Sebelanga

Tak dapat dipungkiri, kasus Rafael Alun dan beberapa pejabat Kementerian Keuangan menyisakan duka. Suryo mengaku banyak pegawai pajak yang bekerja dengan integritasnya ikut terkena imbas. Suryo mengaku sebagian besar merasa terkhianati oleh perbuatan seseorang yang mencoreng nama baik instansi.

“Jadi apakah mereka merasa terkhianati, ya kemungkinan iya, karena kalau kami melihat kok satu isu ini kan bahasa kiasannya karena nila setitik hancur susu sebelanga,” kata dia.

“Masa karena satu kejadian bisa menjadi seperti ini. Itu yang kami rasakan, teman-teman kami juga merasakan. Kami sudah berusaha berbuat menjaga tapi kalau kejadian kan kita enggak pernah tahu,” sambungnya.

Apalagi kasus ini bermula dari masalah keluarga yang sifatnya privasi. Pemantik yang tidak terduga atau terprediksi sekalipun.

“Siapa yang menduga anaknya memukul anaknya orang. Tapi ya kembali lagi kita harus berpikir lagi, ini sesuatu yang berpikir apa yang harus kami lakukan perbaikan ke depannya,” pungkasnya.

 

 

 

 

 

[Sumber: Merdeka]

Beri Komentar