Difasilitasi oleh kepolisian, keluarga korban penembakan jaksa Ferry Silalahi di Palu, Sulawesi Tengah tahun 2004 lalu berdamai dengan pelaku penembakan Haris alias Irwanto Irano. Dalam suasana yang cukup haru, pada kesempatan itu kedua pihak saling meminta maaf.
Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara yang juga kakak kandung Ferry Silalahi, TB Silalahi menyatakan, meski menyesali insiden tersebut, namun dirinya menganggap kejadian itu dilakukan oleh orang yang "tersesat", sebab agama manapun mengajarkan kebaikan dan melarang perbuatan yang salah.
Menurutnya, tidak ada rekayasa politik di balik pertemuan dengan para pelaku yang telah membunuh adik kandungnya, dirinya mengaku rela dan telah ikhlas atas peristiwa tiga tahun lalu itu.
"Ajaran agama manapun mengajarkan kebaikan, kalau boleh kami akan ketemu dengan pembunuh adik kami, kami sudah rela, dan ikhlas atas peristiwa itu, " ujarnya dalam pertemuan di Auditorium Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Selasa (24/4).
Isteri almarhum jaksa Ferry Silalahi, Yulia Girsang juga menyatakan ikhlas untuk memberikan maaf bagi pelaku penembak suaminya.
Sementara itu, terpidana kasus pembunuhan jaksa Ferry Haris mengaku, sudah lama dirinya menunggu kesempatan untuk menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga korban.
"Sudah lama saya mau minta maaf, tapi kapasitas saya yang sebagai tahanan, dan saya bingung harus bilang kepada siapa, " tukas terpidana yang sudah dijatuhi hukuman 10 tahun itu.
Selama dalam tahanan, Haris menyatakan telah merenungi perbuatannya, dan ia menyesali kesalahan besar yang dilakukannya.
"Ini kesalahan besar, yang berhak mengambil nyawa seseorang hanyalah Tuhan, bukan manusia, " imbuhnya.
Ia berharap, setelah pertemuan ini situasi Poso bisa lebih kondusif, penduduk Muslim dan Nasrani dapat hidup berdampingan dengan damai, sehingga roda perekonomian dapat berjalan lancar.
Harapan serupa juga datang dari Kabidpenum Mabes Polri Kombes Pol. Bambang Kuncoko. "Insya Allah pertemuan ini menjadi sesuatu yang sangat positif bagi penyelesaian kasus Poso yang saat ini terus ditangani oleh penyidik kepolisian, " tandasnya.
Ia menambahkan, setelah ini, Polda Sulteng dapat berkerjsama dengan Pemda setempat untuk menyelesaikan berbagai benturan kepentingan diwilayah itu yang belum selesai.
Jaksa Ferry Silalahi tewas ditembak pada akhir Juni 2004, saat itu korban bersama isterinya baru meninggalkan rumah salah seorang pengacara di Palu Timur. Jaksa Ferry pernah menangani sejumlah kasus besar di Indonesia, di antaranya mengusut kasus korupsi yang melibatkan mantan Presiden Soeharto. (novel)