Eramuslim.com – PT Garuda Indonesia Tbk baru saja memborong 60 pesawat Boeing dan 30 pesawat Airbus senilai USD 20 miliar atau setara dengan Rp 266,3 triliun di ajang Paris Air Show di Le Bourget, Paris, awal pekan ini.
“Tujuan pemesanan itu merupakan bagian dari strategi bisnis Garuda untuk mengembangkan rute domestik dan internasional, termasuk penerbangan ke AS. Kami berfokus pada pesawat udara yang efisien yang bisa mendukung bisnis kami ke depannya,” kata Dirut Garuda M Arif Wibowo sebagaimana dikutip BBC (16/6).
Emiten berkode GIAA ini memang tengah melakukan proses peremajaan armada agar dapat meningkatkan pelayanan. Saat ini, Garuda memiliki 169 pesawat. Sebanyak 34 unit di antaranya adalah pesawat wide body untuk penerbangan jarak jauh, dan sisanya narrow body untuk keperluan rute pendek atau sedang.
Dari mana duitnya untuk memborong pesawat sebanyak itu? Ternyata, maskapai terbaik ketujuh di dunia ini mulai menyiapkan langkah pencarian dana dalam bentuk pinjaman. Maklum, maskapai pelat merah ini hanya berhasil mengantongi pendapatan USD 927,32 juta setara dengan Rp 12,05 triliun selama periode Januari-Maret 2015. Sedangkan laba bersihnya hanya Rp 1,2 miliar hingga Februari 2015, dan diklaim menjadi pencapaian tertinggi selama 5 tahun terakhir.
Makanya tak heran, Garuda menggandeng sejumlah pihak untuk keperluan pendanaan antara lain dengan Bank of China (BOC) Aviation. Bahkan Arif telah meneken perjanjian kerjasama dengan BOC Aviation yang diwakili Managing Director and Chief Executife Officer BOC Aviation, Robert Martin. Menteri BUMN Rini Soemarno turut menyaksikan penandatanganan kerjasama ini.
“Kami menyadari potensi pertumbuhan baik itu di sektor bisnis dan pariwisata di kepulauan Indonesia yang merupakan ekonomi terluas di Asia Tenggara,” kata Martin.
Dengan adanya kerjasama dengan BOC ini, bisa dibilang Garuda sudah setengah langkah dalam pemenuhan kebutuhan dana peremajaan.
Menteri Rini mengungkap perjanjian dengan BOC itu melibatkan dana USD 4,5 miliar (Rp 58,5 triliun). “Jumlah itu untuk pengadaan dan juga perawatan, serta keperluan lain,” kata Rini.
Dengan suntikan dana Rp 58,5 triliun dari kreditor Tiongkok itu bukan tidak mungkin akan bermuara menjadi konversi utang sebagai kepemilikan saham.
Sebagai perbandingan, taipan Chairul Tanjung pada 2013 membeli saham IPO Garuda senilai Rp 1,5 triliun dengan kalkulasi 10,88 persen saham. Harga saham Garuda saat itu Rp 620 per lembar saham. Sedangkan harga saham Garuda saat ini melorot menjadi Rp 433 per lembar saham.
Dengan fasilitas utang sebesar Rp 58,5 triliun, jumlah itu sudah bisa dihitung setara berapa persen saham bank Tiongkok tersebut bakal menguasai maskapai nasional Garuda.(rz)