Eramuslim.com – Pembangunan pabrik semen di Maruni, Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari, Papua Barat hampir rampung. Kompleks pabrik semen bernama SDIC Papua Cement Indonesia asal China itu kini berdiri megah bak sebuah kota baru di Manokwari. Sekilas kehadiran pabrik yang dibangun dengan investasi Rp. 6 T tersebut kian mempercantik Manokwari . Apa lagi lokasinya yang berada di bawah kaki Pegunungan Arfak dan berhadapan dengan Kota Manokwari. Indah.
Sejatinya kehadiran pabrik semen ini diharapkan untuk dapat meningkatkan perekonomian di Manokwari dan Papua secara umum, bahkan Pemerintah Daerah (Pemda) Manokwari mengklaim kehadiran PT SDIC sudah ada kontribusi bagi Manokwari. Kehadiran Pabrik semen di Manokwari juga diharapkan mampu menurunkan harga semen yang selangit dibeberapa daerah di Papua terutama di daerah pegunungan yang sulit diakses dengan jalan darat.
Pabrik yang membutuhkan ribuan tenaga kerja itu juga semestinya sangat potensial untuk mengurangi angka pengangguran di Papua Barat. Sayang, hal yang selalu dicita-citakan pemerintah ini tidak berlaku pada perusahaan asal China tersebut. Dalam beberapa berita di koran lokal Manokwari tahun 2015, diberitakan adanya deportasi beberapa karyawan asing asal China di pabrik semen tersebut. Masyarakat Manokwari sendiri sering mempertanyakan status warga Indonesia yang jumlahnya lebih sedikit dibanding pekerja asing di sana.
Teman saya Hans, yang pernah memasukkan lamaran kerja di pabrik tersebut semen mengatakan jika warga pribumi yang bekerja disana hanya diterima sebagai pegawai keamanan. “hanya satpam yang diterima untuk anak-anak papua, paling tinggi sopir truk”. Tutur Hans mencerikan pengalamannya usai pulang dari memasukkan lamarannya. Seorang kawan saya juga mengoceh di Facebook ketika saya mengupload sebuah gambar yang saya ambil ketika melintas di lokasi pabrik dimana saat itu usai jam makan siang dan para karyawan kembali bekerja. Saya serasa berada di China saat itu karena ratusan pekerja yang berjalan bak bebek antre semuanya warga asing asal China. Padahal sebelumnya pemerintah mengklaim jika tenaga kerja asing di pabrik semen Maruni tinggal 100 orang dan akan terus dikurangi.
“Ah itu berita saja, coba dong turun lapangan survey” komentar Benok. Benok adalah salah satu warga Indonesia yang beruntung bisa bekerja di pabrik asal negeri Tirai Bambu itu.
Jika pergi berbelanja di syalayan di Manokwari jangan heran jika banyak orang China yang sedang keluyuran berbelanja di sana, mereka adalah pabrik karyawan semen yang bahkan berbahasa Indonesia pun tidak bisa. Sejatinya, kehadiran pabrik semen di Manokwari adalah baik, tidak hanya untuk mendekatkan semen sebagai kebutuhan utama dalam pembangunan infrastruktur di Papua sehingga mengurangi biaya transport semen dari luar Papua dan harga semen menjadi murah tapi juga untuk menampung para pencari kerja yang jumlahnya meningkat tiap tahun, sayang Negri Komunis-China tidak hanya datang membawa pabrik semen tapi juga membawa serta warganya untuk bekerja. (ts/suarapapua)