Kapitalisme dan Liberalisasi Ekonomi Rugikan Rakyat Kecil

Kapitalisme dan liberalisme ekonomi yang terjadi di Indonesia, yang ditandai dengan kecenderungan menguatnya ekonomi yang lebih mengedepankan kekuatan modal, sangat merugikan rakyat kecil.

Demikian dikataka Ketua Dewan Syariah Induk Koperasi Pondok Pesantren (Inkopontren) PBNU KH Faiz Sukron Makmun MA, disela kegiatan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Institut Pertanian Bogor (IPB), di Pesantren Daarul Rahman Bogor, Ahad.

Menurutnya, kehidupan perekonomian rakyat kecil umat Islam yang di antaranya adalah kalangan Nahdliyin (sebutan warga Nahdlatul Ulama), semakin terjepit akibat semakin menjamurnya pasar-pasar milik pengusaha kakap baik dari dalam maupun luar negeri.

Faiz merasa, prihatin atas semakin menjamurnya pasar-pasar baik yang berkedok super market atau mini market, yang menjalar hingga ke tengah permukiman warga. Apalagi pasar-pasar jenis ini umumnya menjual kebutuhan konsumsi primer.

Hal tersebut, lanjutnya lulusan Magister Ekonomi Syariah di Universitas Al-Azhar Kairo ini, sangat merugikan ekonomi rakyat kecil. "Dengan menawarkan harga yang jauh lebih murah dan fasilitas layanan lebih baik, konsumen dipastikan akan lebih memilih belanja kebutuhan. Secara perlahan-lahan usaha rakyat kecil yang hidup di pinggiran, akan semakin tersisih dan terbunuh, " ujarnya.

Direktur Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta ini menyebutkan, kehadiran supermarket seperti Carrefour, Gyant, dan Hypermarket, telah menyulitkan para pengusaha kecil dan pedagang eceran. Namun, toko swalayan jenis seperti ini semakin banyak, dan mulai masuk ke tengah pemukiman penduduk dalam bentuknya berupa mini market.

Faiz menambahkan, maraknya populasi mini market dan super market yang notabene dimiliki para pemilik modal, menunjukkan fundamentalisne pasar di Indonesia semakin tak terkendali. Jika hal ini terus dibiarkan, rakyat kecil akan semakin menjadi korban dan tidak berdaya menghadapi persaingan, yang membuatnya semakin jatuh dalam lubang kemiskinan.

Karena itu, Faiz mengajak kader PMII dan generasi muda NU pada umumnya untuk merespons hal tersebut secara kriris. “Situasi ini perlu segera disikapi. Kita perlu mengadakan penelitian, untuk membuktikan apakah kekhawatiran semakin terdesaknya usaha rakyat kecil terbukti atau tidak? Kalau dampaknya negatif tentu harus ada follow-up lebih lanjut, ” tegas dia. (novel/nuol)