Wacana akan adanya pergantian Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Syamsir Siregar ditanggapi serius kalangan DPR. Konon, posisi Syamsir akan digantikan oleh diplomat senior, Makarim Wibisono.
Terkait dengan hal itu, kalangan anggota DPR berpendapat, kalaupun ada pergantian, akan lebih baik jika posisi tersebut diberikan kepada kalangan sipil.
Anggota Komisi I DPR (bidang pertahanan) Effendy Choirie menilai, kinerja Kepala BIN sebelumnya, AM Hendropriyono, jauh lebih memuaskan dibanding dengan Syamsir.
”Paling tidak, ketika memberi penjelasan kepada DPR, Pak Hendropriyono lebih meyakinkan dan memberi kesan tentang seluk beluk negara ini, ” terang dia.
Menurutnya, penjelasan Syamsir kepada DPR kurang meyakinkan, bahkan tak ada istimewanya. ”Semua biasa-biasa saja, tidak ada yang baru. Karena itu, untuk memberi kesan yang baik dengan hasil yang baik, wajar bila Ka BIN diganti dan diberikan kepada orang yang memang tahu, faham dan menguasi bidangnya, ” papar Choiri.
Oleh karena itu, ia mengusulkan agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkat orang yang benar-benar mampu. ”Bukan sekadar dekat, apalagi untuk balas jasa karena pernah menjadi tim suksesnya. Karena BIN itu lembaga sipil, sebaiknya dipimpin oleh orang sipil, ” katanya.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sendiri, akunya, mengusulkan Waka BIN As’ad menggantikan Syamsir Siregar. ”Pak As’ad saat ini sangat tepat menggantikan Ka Bin. Dia adalah orang sipil yang sudah berpuluh-puluh tahun ada di situ, sehingga tahu betul apa yang harus dilakukan, ” ungkapnya.
Ia menambahkan, As’ad punya peluang besar jadi kepala BIN. Apalagi begitu lulus kuliah, As’ad langsung berkecimpung di intelejen.
Hal yang sama disampaikan oleh anggota Komisi I dari Fraksi Partai Golkar (F-PG) Yuddy Chrisnandi. Dia berpendapat, Ketua Komisi HAM PBB Makarim Wibisono lebih tepat menjadi diplomat karir.
”Harus diakui, sebagai diplomat dia memang ahlinya. Tapi dia tidak teruji dalam dunia intelejen. Orang yang paling tepat untuk menggati Pak Syamsir adalah Pak As’ad, ” tuturnya.
Yuddy sendiri mengaku mendapat informasi dari kalangan dalam Istana, yang mengatakan Syamsir segera diganti. Ia mengaku mendengar adanya isu yang menyebutkan SBY cenderung memilih Makarim.
Tapi, ungkap Yuddy, berdasarkaninfo yang diterimanya, Amerika Serikat (AS) merasa lebih pas jika BIN dipimpin oleh Makarim. ”Namun itu baru isu. Kebenarannya kita tidak tahu. Kita tunggu saja nanti, ” ucap politikus dari Golkar itu.
Sementara itu, anggota Komisi I dari F-PAN Deddy Djamaludin Malik menyatakan pergantian Ka Bin tidak boleh disebabkan oleh adanya tekanan-tekanan dari luar negeri, terutama AS.
”Jangan sampai ada titipan atau intervensi dari AS. Kami tidak persoalkan apakah sipil atau militer, karena itu terserah Presiden, ” tandasnya. (dina)