Kalangan DPR: Indonesia Tak Perlu Takut Ancaman AS

Anggota Komisi I DPR Hajriyanto Y. Thohari menyatakan pemerintah Indonesia tidak perlu takut atas ancaman Amerika untuk membatasi pemberian bantuan militernya kepada Indonesia.

"Tak apa kalau begitu (ada usul pembatasan bantuan militer AS ke RI). Karena, RI kini juga punya sumber alutsista dari negara lain, " kata Hajriyano Thohari di Jakarta, Selasa (19/6).

Dijelaskannya, dalam hal pengadaan alutsista, TNI harus mengutamakan industri strategis dalam negeri. "Kecenderungan suka mengimpor harus dihentikan, karena terlalu mahal dan sarat dengan mark-up. Karena itu, ancaman AS justru harus menyadarkan kita untuk mandiri, " saran politisi Partai Golkar.

Sebab, katanya, dengan begitu kita bisa mandiri sebagaimana Iran, yang karena diembargo oleh AS dan Barat, justru kini berhasil mandiri. "Kini industri pertahanannya maju pesat. Ironisnya, Iran juga menggunakan putra-putra Indonesia yang dulu bekerja di IPTN atau kini PT DI, " terangnya.

Menurutnya, Indonesia pasti bisa, asal mau dan segera mulai. "Alutsista produksi PT Pindad, PT DI, Dahana, PAL, dan sebagainya cukup berkualitas dan tidak kalah dengan produksi luar negeri. Karena itu, pemerintah mutlak harus mengembangkan industri strategis, " tegasnya.

Pernyataan itu disampaikan menanggapi pernyataan anggota Partai Demokrat AS, Nita Lowey, yang mengusulkan kepada Kongres Amerika Serikat (AS) untuk melakukan pembatasan pemberian bantuan militer kepada Indonesia.

Sikap politisi Demokrat itu muncul setelah terjadi bentrokan antara anggota Korps Marinir TNI AL dan masyarakat yang berakibat tewasnya empat warga sipil di Pasuruan. Namun kemudian Panglima TNI, Marsekal TNI Djoko Suyanto berkomentar terhadap pernyataan politisi AS itu dengan menegaskan TNI tak mau lagi tergantung kepada satu negara (AS) untuk mengadakan alat utama sistem senjata.

Hajriyanto lalu mengungkapkan, AS kalau membantu suka mengancam dan sarat dengan kepentingan politik serta bisnis mereka. "Makanya RI nggak usah peduli dengan ancaman AS. Kita sebaiknya malah melepaskan diri dari ketergantungan terhadap AS, dengan antara lain memberdayakan industri pertahanan dalam negeri, " imbuhnya. (dina)