Anggota Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Kabupaten Jember, Moch. Eksan, mengecam Jalaluddin Rakhmat yang menyebut HMI ikut menyebarkan paham Syiah secara sistematis.
Dalam wawancara dengan Tempo.Co, 3 September 2012, lalu Kang Jalal yang merupakan Ketua Dewan Syuro ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) ini menyatakan, kelompok Syiah pertama kali muncul di Bandung.
“Lalu Syiah masuk ke HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan mulai tersebar ke kampus di daerah lain. Aktivis HMI menyebarkan ajaran Syiah secara sistematis, yakni melalui pelatihan kepemimpinan,” katanya.
Pernyataan ini memantik reaksi aktivis HMI Kabupaten Jember. Eksan menyebut pernyataan Jalaluluddin ini meresahkan kalangan HMI. Ia khawatir, pernyataan ini justru dijadikan ajang kampanye hitam untuk menyudutkan HMI dan mempersulit perekrutan kader.
“Apa alasan, Kang Jalal mengeluarkan pernyataan tersebut? Saya yakin banyak aktivis maupun alumni HMI bingung. Kok tiba-tiba HMI yang tak ada hubungannya dengan merebaknya konflik Sunni-Syiah di beberapa tempat di Tanah Air, dikait-kaitnya dengan penyebaran Syiah secara sistematis di berbagai kampus?” kata Eksan, yang juga dikenal sebagai aktivis muda Nahdlatul Ulama ini.
Eksan mengingatkan, HMI jelas-jelas bukan Syiah. “HMI merupakan organisasi kemahasiswaan yang menggotong visi dan misi keislamaan dan keindonesiaan sekaligus, dulu, kini dan nanti. HMI sebagai organisasi kader yang berasas Islam tak pernah secara ideologis dan administratif menyebut Islam Syiah satu kata pun,” katanya.
Dalam Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI yang ditulis Nurcholish Madjid, tak sedikit pun mencerminkan paham Syiah. Tak ada satu pun bab di NDP yang menguraikan paham Syiah secara eksplisit maupun implisit. “NDP memuat dasar-dasar kepercayaan, pengertian-pengertian dasar tentang kemanusiaan, kemerdekaan manusia (ikhtiar), dan keharusan universal (takdir), Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan, individu dan masyarakat, keadilan sosial dan keadilan ekonomi, kemanusiaan dan ilmu pengetahuan, kesimpulan dan penutup,” kata Eksan.
Eksan menyebut Kang Jalal tak memiliki pengetahuan cukup soal HMI. “Jelas sekali pernyataan Kang Jalal tak punya dasar sama sekali. Kayak, ‘orang mengigau’,” katanya.
“HMI adalah HMI, yang bukan NU, bukan Muhammadiyah, bukan Al-Khairiyah, bukan Al-Irsyad, bukan Persis, bukan Washliyah, bukan MMI, FPI, bukan JAT, bukan HTI, bukan IJABI, dan bukan yang lainnya,” tegas pengasuh salah satu pondok pesantren ini.
Jika kemudian banyak aktivis HMI yang menjadi aktivis organisasi keagamaan tertentu, itu persoalan lain. “Itu bukti bahwa HMI merupakan organisasi kader yang dibutuhkan oleh umat dan bangsa. Namun, semua menyadari, tak ada satupun yang berhak mengklaim keberislaman HMI,” kata Eksan.(fq/beritajatim.com)