eramuslim.com – Politkus PDIP, Ferdinand Hutahaean ikut memberikan komentarnya terkait lima tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) yang bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.
Dikatakan Ferdinand, orang-orang NU memang telah menarik perhatian Israel untuk dijadikan penyebar informasi.
“Sebetulnya barang langka yah, apalagi teman-teman di NU sangat diminati oleh Israel untuk menyebar informasi bahwa Israel itu sebetulnya tidak sedang berperang dengan Palestina,” ujar Ferdinand kepada fajar.co.id, Rabu (18/7/2024).
Ferdinand mengatakan, para penyebar informasi itu akan menekankan bahwa Israel tidak berperang melawan Palestina, melainkan Hamas yang dituding sebagai teroris.
“Kalau saya pribadi tidak heran, kita juga melihat selama ini seperti Abu Janda, gemar mengangkat informasi positif tentang Israel,” ucapnya.
Menurut Ferdinand, para tokoh muda NU yang bertemu dengan Isaac, merupakan bagian dari operasi perekrutan untuk menjadi corong-corong informasi Israel di Indonesia.
“Karena Indonesia ini kan menjadi salah satu negara Muslim terkuat yang mendukung Palestina secara utuh merdeka. Hanya saja, pemerintah kita kurang agresif untuk mendukung kemerdekaan Palestina,” tukasnya.
Melihat kelemahan dari Indonesia, Ferdinand mengungkapkan bahwa Israel masuk melalui influencer untuk memberikan pengaruh yang signifikan.
“Mungkin kepentingan mereka itu tentu akan ada imbal balik. Ketika, menyuarakan hal positif tentang Israel, maka Israel juga menfasilitasi mereka dengan berbagai macam hal,” Ferdinand menuturkan.
“Tapi saya tidak tahu, tidak mau menyimpulkan apa-apa tentang itu. Tetapi, tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Dan, tidak mungkin mereka melakukan sesuatu kalau tidak ada hal yang mereka dapat imbal baliknya,” sambung dia.
Mengatakan pertemuan para tokoh muda NU dengan Isaac merupakan soal pribadi. Ferdinand tidak menampik adanya hal yang bertolakbelakang dari kepentingan geopolitik internasional Indonesia.
“Hanya memang, bersinggungan dengan kepentingan geopolitik internasional Indonesia, salahnya di situ. Bahwa geopolitik Indonesia jelas adalah mendukung kemerdekaan Palestina dan mengecam Israel,” bebernya.
Meskipun memiliki hak secara pribadi, kata Ferdinand, tetap dianggap menyimpang karena terkait dengan kepentingan geopolitik Indonesia. “Mereka sesungguhnya telah menyimpang dan lari dari cita-cita atau keinginan UUD 1945,” cetusnya.
Ferdinand bilang, yang penting sekarang ini, bagaimana mereka melakukan hak-haknya tidak berbenturan dengan kepentingan politik internasional Indonesia. “Sekarang kalau mereka mau diberhentikan dari NU, itu urusan PBNU, bukan negara,” kuncinya.
Sebelumnya, pertemuan lima warga Nahdliyin dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, di kediamannya di Yerusalem pada awal Juli 2024, menuai banyak kecaman dari berbagai pihak.
Pertemuan ini diinisiasi oleh sebuah organisasi non-governmental organization (NGO) yang bertindak sebagai advokat untuk kepentingan citra Israel secara global.
Lima tokoh NU yang terlibat dalam pertemuan tersebut adalah Gus Syukron Makmun, Dr. Zainul Maarif, Munawar Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania.
Kunjungan mereka justru dinilai mencederai kredibilitas mereka sendiri dan organisasi yang mereka wakili, alih-alih memperbaiki hubungan atau memberikan pengaruh positif.
Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, dalam jumpa pers di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (16/7/2024), menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan oleh lima warga NU tersebut adalah tanggung jawab pribadi mereka.
Sosok yang akrab disapa Gus Yahya itu menekankan bahwa siapa pun yang ingin melakukan kunjungan internasional atas nama PBNU harus memohon surat izin.
Usut punya usut, organisasi yang mengajak lima kader NU itu bertujuan untuk memperbaiki citra Israel secara global. Namun, tindakan ini dianggap oleh banyak pihak sebagai langkah yang tidak tepat dan menimbulkan kontroversi. (sumber: fajar)