Umat Islam saat ini belum sepenuhnya menjadi faktor determinan (faktor penentu) kemajuan bangsa, seperti sebelum dan diawal masa kemerdekaan umat Islam sangat berperandalam menyelesaikan masalah-masalah bangsa (problem solver).
"Umat Islam akhir-akhir ini cenderung lebih banyak menjadi sebagian masalah bangsa, ketika ada masalah kemiskinan, ada program pengentasan kemiskinan sasaran utamanya adalah umat Islam, ketika ada program pengentasan masalah buta aksara, sasaran mayoritasnya juga umat Islam, " ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di sela-sela pembukaan Rakernas Partai Matahari Bangsa (PMB), di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Senin(21/4).
Supaya umat Islam tidak terus menerus menjadi bagian dari masalah bangsa, Ia mengajak, umat Islam untuk memperjuangkan Islam yang berkemajuan melalui tataran kultural, melalui organisasi-organisasi Islam ataupun partai politik yang benar-benar mengusung keIslaman, sehingga umat Islam dapat kembali menjadi faktor penentu bagi kemajuan bangsa.
Din mengakui, meski penduduk Indonesia hampir 200 juta pemeluk Islam, tetapi ada kecenderungan partai politik mengalami kegamangan ketika harus menyatakan partainya berasaskan Islam. Dan ketika sudah berjalan dengan mengusung asas Islam, namun tidak mampu menerjemahkan keyakinan keIslamannya dalam aktivitas politik.
"Ini masalah utama dari politik Islam dan partai politik Islam sejak dulu, saya kira sampai saat ini pendapat seorang pengamat masih berlaku, di mana masalah dukungan terhadap partai politik berbasis Islam kurang dari 40 persen, selain itu ada kesenjangan antara jumlah secara demografis dengan angka politis atau perolehan suara dalam pemilu, " jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Ia berharap, PMB yang basis awalnya warga Muhammadiyah mampu menerjemahkan Islam yang berkemajuan secara cerdas, tidak hanya mengandalkan jargon-jargon politik, tetapi memperkuat penelitian dan pengembangan dalam rangka menyelesaikan persoalan yang dihadapi bangsa.(novel)