Eramuslim – Saya teringat dengan tokoh Reformasi, Prof Amin Rais. Beliau mengatakan bahwa penguasa negeri ini pura-pura tidak tahu tentang pengalihan aset-aset penting negara kepada pihak asing. “Negara ini dijual,” kata Pak Amin, seraya menambahkan bahwa sekarang ini 85% hasil tambang Indonesia diangkut ke luar negeri. Sangat mengherankan kalau kita tidak mencemaskan situasi ini.
Hampir tidak ada yang peduli dengan peringatan Pak Amin. Hanya beberapa media online saja yang memberitakan peringatan beliau. Media mainstream, stasiun-stasiun televisi utama dan koran-koran besar tidak menggubris sedikit pun.
Sangat mengkhawatirkan sekali masalah besar yang akan diwariskan kepada generasi penerus. Kita telah melihat contoh nyata tentang kerepotan untuk mengakhiri “kerajaan Freeport” di Papua. Perusahaan tambang ini adalah “monster” yang dibuat di masa pemerintahan Presiden Soeharto. Dari waktu ke waktu tidak pernah bisa terwujud keinginan untuk melepaskan bumi Papua dari cengkeraman konglomerat Amerika itu.
Contoh inilah yang sangat dikhawatirkan akan terulang lagi, dan terulang dalam skala yang lebih besar dari persoalan Freeport. Sekarang, pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka lebar pintu Indonesia bagi para investor asing, khususnya dari RRC. Mereka diundang secara khusus untuk masuk ke Indonesia. Rakyat pantas menunjukkan kegelisahan. Sebab, “undangan” itu disertai dengan pemberian keistimewaan dalam hal pelaksanaan teknis investasi mereka.