Eramuslim.com – Lebih dari tiga bulan Presiden Joko Widodo berkuasa namun dia belum melakukan perbaikan bagi rakyat Indonesia. Banyak yang mengatakan jika Jokowi bukan bekerja untuk rakyat. Hal ini karena Presiden dikelilingi orang-orang yang lebih mengutamakan kepentingan bisnisnya.
Bahkan dalam tulisan berjudul ‘Trio Macan Istana’ di Ring Satu Jokowi yang diunggah di Kompasiana tertulis bahwa Jokowi dikelilingi orang-orang yang memiliki kendali di istana. Jika sebelumnya kita mengenal Trio Kalla-Mega-Paloh (KMP) yang disebut-sebut sebagai trio penentu kebijakan yang dibuat Jokowi, namun ternyata ada lagi kabar baru yakni penentu kebijakan Jokowi adalah trio Rini Soemarno, Luhut Panjaitan dan Andi Widjojanto. Mereka adalah orang-orang yang saat ini secara riil punya kekuatan politik luar biasa yang bisa langsung mengakses kepada kebijakan-kebijakan penting Jokowi.
Rini Soemarno yang kini menjabat sebagai Menteri BUMN ini dikenal sebagai orang dekat Megawati, namun belakangan hubungan dengan Megawati memburuk dan naiknya nama Rini Soemarno masuk ke dalam kabinet Presiden Jokowi bukan berasal dari Megawati. Megawati sejak awal menolak Rini untuk duduk di kabinet Jokowi, tapi Rini terus mendesak agar Jokowi memasukkan namanya di BUMN. Tujuannya adalah menguasai sektor-sektor energi di BUMN.
Nama Andi Widjajanto yang diangkat Presiden Jokowi sebagai Sekretaris Kabinet ini adalah orang yang selalu ada bersama Jokowi sejak Pilpres 2014 lalu. Andi juga dikenal sebagai ahli strategi yang memberikan masukan-masukan yang selalu didengar Jokowi. Termasuk menaikkan harga BBM beberapa waktu lalu dan penunjukkan Kapolri Budi Gunawan yang kini ditersangkakan oleh KPK. Andi menurut sumber eramuslim di Istana juga punya kepentingan di dunia minyak. Terakhir Andi adalah mitra bisnis Jokowi sejak di Solo, Luhut Binsar Panjaitan, yang akhirnya dipilih Jokowi sebagai Kepala Staf Kepresidenan.
Mengenai kuatnya pengaruh tiga orang tersebut terhadap Presiden Jokowi ditanggapi oleh Salamuddin Daeng, peneliti dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia bahwa kelemahan terbesar Jokowi adalah tidak bisa menentukan sendiri siapa yang menjadi pembantunya.
“Kabinet dan seluruh stafnya merupakan hasil dari power sharing diantara koalisi dan tim suksesnya. Sementara kehadiran koalisi dan tim sukses itu datang secara tiba tiba mengiringi peningkatan popularitasnya. Terpilihnya jokowi sebagai presiden bukan dari hasil pengorganisasiran yang dilakukan oleh Jokowi atau pun koalisinya. Dukungan suara dalam pemilu lalu adalah suara massa mengambang yang mengalami euforia karena politik pencitraan. Sekarang setelah Jokowi berada di puncak kekuasaan, Jokowi tidak punya barisan, besar kemungkinan juga tidak memiliki memiliki orang orang yang benar benar dipercaya atau memahami jalan pikirannya,” terang Salamuddin.
Dikatakan Salamuddin, penyebutan nama Rini, Andy dan Luhut sebagai orang-orang yang menguasai Presiden Jokowi bukanlah hal yang mengangetkan. “Kehadiran orang orang ini merupakan hasil dari pertarungan internal diantara orang orang yang berhasil mengkapitalisasi secara politik dan ekonomi kekuasaan Jokowi. Mereka yang secara kongkrit berkuasa, menggunakan kekuasaan untuk menguasai sumber daya, mengumpul uang, untuk membiayai kerja kerja politik berikutnya, memperkaya diri, dan dengan uang pula mereka saling menyingkirkan pihak pihak yang menjadi lawan politiknya. Saya menduga sekarang Jokowi bahkan tidak secara nyata memahami kebijakan politik dan ekonomi yang diambilnya. Namun trio inilah yang secara kongkrit dapat memanfaatkan kekuasaan untuk menguasai sumber sumber ekonomi penting,” tandas Salamuddin. (rz)