Eramuslim.com – Banyak warga dari negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim pindah ke negara-negara yang mayoritas non-muslim akibat di negara asalnya tidak aman.
“Warga dari Maroko, Aljazair, Libya, Mesir, Tunisia, Sudan, Nigeria, dan masih banyak lagi lainnya, berbondong-bondong pindah ke negara-negara mayoritas bukan Muslim seperti ke Eropa dan Amerika. Mereka merasa hidup tidak aman di negara asalnya, makanya mencari kehidupan yang aman dan damai,” papar Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, akhir pekan lalu dilansir dari website dmi.or.id.
Ia menyebutkan, banyak faktor yang menyebabkan negara mereka tidak aman. Antara lain akibat pemimpin yang tidak adil, kemudian kondisi perekonomian yang sulit sehingga mengakibatkan kesenjangan sosial dan kriminalitas meningkat, serta tingkat pendidikan yang rendah sehingga banayak pengangguran.
“Kesenjangan, ketidakadilan, dan lainnya mengakibatkan kriminalitas. Orang banyak frustasi sehingga nekat bertindak di luar akal sehat seperti merampok, bom bunuh diri, dan lain sebagainya,” ujar Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia.
Bahkan yang membuat miris dan menyedihkan, lanjut Ketum PMI tersebut, di bulan suci Ramadhan pun kejahatan tak menyurutkan niat mereka berbuat anarkis.
Dalam sehari, Jumat (26/6) lalu misalnya, kata JK, terjadi penembakan dan bom bunuh diri di Tunisia, Kuwait dan Prancis. Total lebih 50 nyawa melayang.
“Ini suatu kondisi nyata yang tak masuk akal. Orang sudah tidak punya pegangan hidup sehingga apapun bisa diperbuat. Bahkan bom bunuh diri di masjid pun dilakukan. Inilah suatu kondisi tidak aman yang banyak terjadi di negara-negara mayoritas pemeluk Islam,” lanjutnya.
Melihat komentarnya tersebut, JK sepertinya tidak memahami global war berupa neo imperialisme dan neo kapitalisme, di mana negeri-negeri subur dan berlimpah kekayaan alamnya, yang banyak dihuni umat Islam, menjadi korban dari kerakusan dan kejahatan korporasi neger-negeri Barat. Utara menghisap selatan. Dan parahnya, banyak orang-orang Islam sendiri, para pemimpinnya, yang mau dan sudi dijadikan pelayan kepentingan Aseng dan Asing tersebut. Bila JK mengaca diri, tentulah dia tidak akan sembarangan berkomentar, karena ketika dia menunjuk, empat jarinya menunjuk dirinya sendiri.(rz)