JK Mau Ada Keseimbangan, Indonesia Jangan Terlalu Condong ke RRC

Eramuslim.com –  Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) meminta China tidak lagi membawa tenaga kerja dalam jumlah banyak untuk dipekerjakan pada proyek-proyek investasi mereka di Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, Peneliti Institute For Economic and Development Finance (INDEF), Bima Yudistira mengatakan kekhawtiran yang disampaikan JK wajar karena memang angka pengangguran di Indonesia makin meningkat.

“Pengangguran di Indonesia makin meningkat, pasti bakal ada gesekan nanti di masyarakat,” kata Bima saat berbincang dengan redaksi, Rabu (29/11).

Menurut Bima, sentilan yang dilontarkan JK ini menandakan multiplier effect dari investasi yang dilakukan China sebetulnya rendah. Untuk itu Bima berharap pernyataan JK harus menjadi bahan evaluasi masuknya tenaga kerja asing, terutama tenaga buruh kasar ke Indonesia.

“Ini harus dijadikan momentum yang serius untuk evaluasi tenaga kerja Cina. Belum lagi kita bicara tenaga kerja ilegalnya. Evaluasi harus dilakukan oleh Imigrasi ataupun Kementerian Tenaga Kerja kita,” ujar Bima.

Lebih lanjut, Bima, yang bisa dibaca dari pernyataan JK, ada indikasi jika investasi yang disertai dengan pengiriman tenaga kerja oleh Cina kurang disukai. Ditambah lagi, pemerintah dalam hal ini, akan memberikan kesempatan untuk Korea Selatan dan Jepang yang juga merasa didiskriminasi oleh kehadiran China di Indoensia.