JK Inginkan Pengusaha Lokal Berdaulat, Said Didu Singgung Pejabat Tukang Gelar Karpet Merah untuk China

eramuslim.com — Mantan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla berharap pengusaha lokal untuk berdaulat.

Dia meminta para pengusaha lokal mengelola sendiri tambang yang ada di Sulawesi Selatan.

Menanggapi hal itu, Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu menyindir pejabat yang menjadi tukang gelar karpet merah.

“Ada pejabat yang menjadi tukang gelar karpet merah untuk China,” ucap Said Didu dalam unggahannya, Selasa, (31/1/2023).

Sebelumnya, Jusuf Kalla mengeluhkan kondisi pertambangan di Sulawesi Selatan.

“Apa kita disini. Kita tidak punya tambang. Ada sih di Luwu Timur. Baru akan didistribusi,” ucapnya di Soaraja Ballroom Wisma Kalla dalam kegiatan dari Pengusaha ke Pengusaha untuk Masa Depan Indah, Senin, (30/1/2023).

JK-akronim namanya meminta kepada Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman untuk mengambil alih.

“Oleh karena itu, Pak Gubernur, tenggara utara harus dikembalikan ke masyarakat,” ujarnya.

Mantan Wakil Presiden ini mengantisipasi terjadinya konflik seperti di PT Gunbuster Nickel Industry (GNI), Morowali Utara, Sulawesi Tengah.

“Supaya jangan terulang lagi yang lebih besar, konflik apa yang terjadi di Morowali,” tuturnya.

Menurutnya, konflik yang terjadi di Morowali Utara disebabkan oleh beberapa hal.

Pertama, keselamatan kerja. Kedua kesejahteraan.

“Kerja keras, orang tahu semua nikel itu untungnya besar tapi gajinya tetap UMR rakyat biasa,” tambahnya.

Ketiga kata dia, ketidakadilan karena tenaga-tenaga Cina gajinya 4-5 kali dibanding lokal.

Keempat, karena masalah sosial, komunikasi tidak berkembang, kehidupan yang berbeda dan sebagainya.

“Supaya ini tidak terjadi. Tidak berarti mereka harus pulang, berhenti. Tapi kita harus maju. Jangan kekayaan itu kita hanya mendapatkan upah murah. Harus berkembang,” ungkap Jusuf Kalla.

Pria kelahiran Bone ini mengaku telah berdiskusi dengan pengusaha di Sulsel untuk bisa mengelola tambang tersebut.

“Karena itu kita bicara, pokoknya, dari tambang ke smelter ke produk akhir harus kita berusaha mulai masuk ke situ. Dan begitu ada orang asing kita kasi karpet merah. Wah hebat, ada investasi dari Cina, ada Inggris dan segala macam. Selalu pandangan pemerintah dirubah. Kita bikin listrik, investasinya lebih Rp10 trilliun,” tandasnya. (sumber: fajar)