Jimly Asshiddiqie soal Akun Fufufafa: Sudah lah Lupakan Saja, Apalagi kalau Cuma untuk Adu Domba

eramuslim.com – Pakar Hukum Tata Negara, Jimly Asshiddiqie, memberikan pandangannya terkait akun anonim “Fufufafa” yang belakangan ramai diperbincangkan karena dianggap menghina serta menjelekkan sejumlah tokoh bangsa.

Dikatakan Jimly, fenomena tersebut mencerminkan rendahnya peradaban demokrasi di Indonesia.

“Fufufafa, tidak lain cermin tingkat pradaban demokrasi masih rendah dan kampungan,” ujar Jimly dalam keterangannya di aplikasi X @JimlyAs (14/9/2024).

Menurut Jimly, unggahan akun tersebut didominasi oleh kampanye negatif dan serangan pribadi.

“Sangat didominasi negative dan black campaign, nyerang pribadi,” tukasnya.

Jimly menilai bahwa meskipun informasi yang disebarkan oleh akun itu mungkin ada benarnya, kejadian yang diangkat sudah berlalu cukup lama, bahkan sekitar sepuluh tahun yang lalu saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.

“Misalpun orangnya memang benar, kejadiannya waktu Pilpres 10 tahun lalu,” sebutnya.

Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk tidak lagi memfokuskan diri pada hal-hal yang hanya memperkeruh situasi politik saat ini.

“Sudah lah lupakan saja, apalagi kalau cuma untuk adu domba Presiden terpilih vs wakilnya,” kuncinya.

Sebelumnya, Akademisi Rocky Gerung memberikan komentar terkait dugaan akun Fufufafa yang dikaitkan dengan Gibran Rakabuming.

“Orang mulai bertanya apa betul akun Fufufafa itu miliknya Gibran. Apa betul semua pesan ditulis oleh dia,” ujar Rocky dikutip dalam unggahan akun X @H4T14K4LN4L42 (13/9/2024).

Menurut Rocky, untuk memastikan apakah akun tersebut benar milik Gibran, teknologi seperti artificial intelligence (AI) dapat digunakan untuk melakukan analisis regresif atau perbandingan kalimat.

“Kan itu mudah sebetulnya, kemampuan teknologi untuk melakukan analisis regresif atau crostabilulasi. Bisa dibandingkan dengan jenis kalimat yang biasa digunakan Gibran,” lanjut Rocky.

Dikatakan Rocky, AI dapat memeriksa pola intonasi, gaya bahasa, dan kecocokan kalimat yang biasa digunakan oleh Gibran.

“Bisa dipakai juga untuk melihat intonasi yang dimodelinkan melalui artificial intelejen untuk mengetahui oh ini nadanya seperti itu,” tukasnya.

Termasuk, kata Rocky, membandingkannya dengan nada atau ekspresi dalam debat presiden atau pernyataan publik lainnya.

“Dia kompetibel dengan nada sejenis di panggung debat Presiden kemarin. Oh iya searah dengan maksud-maksud pembuatan kalimat oleh Gibran di banyak peristiwa sosial,” Rocky menuturkan.

Selain itu, Rocky menuturkan bahwa analisis terhadap pola komunikasi dari akun Fufufafa juga dapat memberikan wawasan tentang karakter psikologis tertentu.

“Kan mudah sekali itu, artificial intelejen bisa membantu kita. Bigdeta juga akan membantu untuk memetakan apakah pola komunikasi semacam itu menunjukkan satu sifat psikologi tertentu yang membutuhkan keterangan psikologis atau psikiater, itu mudah sekali,” sebutnya.

Namun, menurut Rocky, hal yang lebih sulit dijelaskan adalah alasan di balik pembongkaran isu ini dan mengapa dibuka pada waktu tertentu.

“Yang susah adalah bagian untuk menerangkan, kenapa itu dibongkar. Lebih menarik lagi, kenapa dibongkarnya sekarang? Kenapa setelah dibongkar masih berlanjut sampai sekarang,” tandasnya.

Dia mempertanyakan siapa yang membongkar isu ini, apa motifnya, dan mengapa isu tersebut terus dipertahankan sebagai bahan diskusi publik selama beberapa minggu.

“Selama dua Minggu, yang menarik siapa yang membongkar itu dan demi kepentingan apa itu dipertahankan sebagai isu,” kuncinya.

 

(Sumber: Fajar)

Beri Komentar