Eramuslim.com – Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri berarti menentang ajaran bapak ideologi partainya, Soekarno, jika sampai mengusung petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Pilkada Jakarta 2017.
Marhaenisme, pro rakyat kecil adalah ciri ideologi PDIP yang dikenal luas masyarakat. Ciri ini berbanding terbalik dengan Ahok yang dikonstruksikan sebagai musuh abadi kaum marhaen. Sebab, marhaenisme menginginkan terwujudnya keadilan sosial dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, khususnya bagi rakyat keci yang meliputi kaum miskin, petani, nelayan, serta buruh/karyawan.
“Marhaenisme jelas sangat bertolak belakangan 180 derajat dengan perilaku Ahok yang tukang gusur, sangat benci raktat miskin. Ini terlihat dari kebijakan dan statementnya,” tegas Sekretaris Jenderal Pro Demokrasi (Prodem), Satyo Purwanto kepada Kantor Berita Politik RMOL, sesaat lalu (Selasa, 12/9).
PDIP, lanjut dia, akan gagal mengkonstruksikan nilai-nilai ideologi partai di masa mendatang karena munculnya Ahok yang jelas-jelas anti rakyat kecil, pro kapitalis, kaum neoliberal, tuan tanah, korpotokrasi, penguasa yang kongkalingkong dengan pengusaha.
“Mengutip pernyataan yang sering diucapkan Bung Karno adalah exploitation de l’homme par l’homme, penghisapan manusia oleh manusia,” imbuhnya.
Ini bakal menjadi kerugian PDIP jangka pendek maupun panjang jika ngotot mendukung Ahok. Apalagi Ahok pernah menyebut orang miskin sebagai PKI. Ahok juga menuduh warga Bukit Duri tidak beriman karena buang sampah di sungai dan bilang warga Luar Batang tak perlu dikasihani.
Satyo pun mengingatkan, selama dua memimpin ibukota, Ahok tidak pernah menggunakan APBD untuk pembangunan dan pemberdayaan ekonomi rakyat kecil. Ahok juga tidak menggerakkan instrumen pemerintah untuk rekayasa ekonomi kreatif. Justru Ahok menyerahkan pembangunan kota kepada pengembang.
“Contohnya reklamasi dan revitalisasi waduk-waduk,” sebut mantan aktivis mahasiswa 98 yang akrab disapa Komeng ini.(ts/rmol)