“Hampir seluruh indikator fundamental dalam ekonomi sekarang sangat buruk,” imbuhnya.
Kondisi itu diperparah dengan masalah jatuh tempo utang pemerintah 2018 dan 2019 antara Rp 800 triliun sampai Rp 900 triliun, tergantung perkembangan kurs. Jumlah sedemikian besar tersebut belum termasuk bunga utang swasta dan BUMN yang harus dibayar pada tahun 2018 dan 2019 nanti.
“Jadi dari mana kesimpulan bahwa krisis ini lebih baik dari 98? Krisis sekarang meliputi krisis ekonomi, krisis moneter dan krisis keuangan. Ketiga krisis ini terjadi secara bersamaan. Bergerak dalam gelombang bersamaan. Sementara 98 hanyalah getaran kurs saja yang memicu krisis sekarang tiga gempa sekaligus yakni gempa ekonomi makro, gempa keuangan pemerintah, swasta dan BUMN dan ketiga gempa kurs. Belum lagi Anda tambah gempa internasional yakni perang dagang dan perang curency. Jangan main-main,” terangnya. (rmol)