Konsep Pendidikan anak ala Barat yang mengajarkan untuk tidak mengenalkan surga dan neraka dahulu pada anak mulai menjadi tren di kalangan orang tua muslim. Mereka menilai penjelasan surga dan neraka akan membuat anak bingung karena hal itu dinilai tidak konkret.
Hal inilah yang dikritik tajam oleh Dinar Kania Dewi. Kandidat Doktor Pendidikan Islam yang aktif di INSISTS itu menilai kejadian ini tidak terlepas dari konsep worldview Barat yang belum dipahami umat Islam.
“lmu Barat itu menjadikan rasio sebagai satu-satunya alat ilmu pengetahuan dan metafisik dihilangkan. Kalau sudah seperti itu, tentunya ini akan berpengaruh pada metodologi pembelajaran.” Ujarnya saat ditemui Eramuslim.com, Sabtu siang, 25/06/2011.
Penjelasan para praktisi parenting yang mengatakan konsep ini sudah melewati serangkaian penelitian pun dipertanyakan oleh Dinar.
“Kita harus hati-hati terhadap penelitian. Penelitian itu akan sangat bergantung dari worldview si peneliti. Penelitian ilmiah itu dalam kategori Barat bermasalah. Barat mengenyampingkan otoritas wahyu karena wahyu dinilai tidak ilmiah. Sedangkan dalam Islam wahyu itu sangat ilmiah. Makanya penelitian-penelitian Barat secara metodologi bermasalah.” Tambah Direktur Operasional, Andalusia Islamic Education and Management Service (AIEMS) ini
Dinar memberikan contoh kekeliruan konsep penelitian Barat pada kasus Spiritual Quotient yang banyak dipakai dalam pelatihan-pelatihan kepribadian.
“Seperti pada konsep SQ Danah Zohar, siapa yang dijadikan sampel penelitannya?” tanya Dinar.
“Itu orang-orang yang sakit ayan. Dari orang yang sakit ayan itu mereka melihat ada pencapaian SQ. Itu dibilangnya ilmiah. Padahal itu dalam Islam sangat tidak ilmiah.” Paparnya.
Menurut Dinar, Islam menjadikan orang-orang yang baik dan soleh sebagai objek penelitian, “Dalam Islam jika ingin melihat orang yang mencapai tingkat spiritualitas yang dijadikan objek penelitian (adalah) orang-orang sholeh, bukan orang sakit ayan.”
Dinar berpesan kepada para praktisi parenting dan orang tua untuk hati-hati dalam menerapkan ilmu parenting Barat kepada anak. Nilai-nilai sekularisme banyak masuk lewat pintu pendidikan.
“PR kita masih banyak. Paling adil saat melihat suatu penelitian, kita lihat dulu siapa yang meneliti, metode apa yang digunakan.”
Akhirnya dalam penilaian Dinar, minimal ada tiga hal yang dihindari dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ala Barat, yaitu mengenyampingkan hal-hal yang metafisik, hukuman fisik, dan konsep hafalan. (pz)