Meskipun tidak terlalu hafal aturan yang telah disepakati dalam perjanjian dengan maskapai penerbangan haji, Menteri Agama M. Maftuh Basyuni akan menjatuhkan sanksi kepada maskapai haji yang melakukan penundaan (delay) keberangkatan.
”Kalau mereka ada delay, maka ada langkah punishment sesuai kontrak perjanjian yang dibuat. Saya tidak hafal aturan yang disepakati, misalnya maskapai harus berbuat apa atau membayar berapa, ”ungkapnya menanggapi delay yang dialami calhaj kloter 26asal Madiun dan Surabaya selama sehari lebih, atau 24 jam 36 menit dari Ahad (25/11) pukul 04. 35 WIB menjadi berangkat pada Senin (26/11) pukul 05. 11 WIB.
Menurutnya, penundaan (delay) pesawat terbang yang mengangkut jamaah calon haji (calhaj) bukan kesalahan Departemen Agama (Depag), karena masalah delay pesawat haji merupakan tanggung jawab maskapai penerbangan, yakni Garuda Indonesia atau Saudi Arabian Airlines (SAA).
"Depag itu bukan keranjang sampah, karena itu kesalahan dalam masalah haji jangan tumplek blek (ditumpahkan seluruhnya) kepada kami, ”tukasnya.
Mengenai kritikan anggota DPR tentang fasilitas kesehatan jamaah yang masih jauh dari standar WHO (World Health Organization), Menag dapat memakluminya. Ia menganggap Departemen Kesehatan yang tahun ini menangani penuh urusan kesehatan calhaj belum terbiasa.
”Kita akan memperbaiki kondisi sesuai kritikan DPR. Tapi kesalahan itu mungkin karena mereka belum terbiasa saja. Secara umum saya menilai ibadah haji tahun ini sangat baik, walaupun diwarnai keterlambatan, ”tandasnya.
Sementara itu, Perwakilan Saudi Arabian Airlines Surabaya Andri Bermawi menjelaskan, keterlambatan penerbangan di antaranya karena pertimbangan keselamatan calhaj. Menurutnya tidak mungkin pesawat memaksakan berangkat jika belum benar-benar siap. Sedangkan penyebab lain, adalah cuaca buruk dan sibuknya bandara di Madinah.
”SAA tak hanya melayani calhaj Indonesia, tapi juga Malaysia, Bangladesh, Turki, dan Inggris. Jadi bisa dibayangkan bagaimana kesibukan di Bandara Madinah, ” kata Andri.
Khusus untuk Indonesia, SAA menggunakan 14 pesawat dengan sistem rotasi, yang tersebar di wilayah Surabaya, Jakarta, dan Batam. Untuk tahun ini pihaknya tidak menyediakan pesawat cadangan.(novel)