Eramuslim.com – Pasar portfolio industri manufaktur Cina sudah tidak stabil sejak akhir tahun Lalu. Ini diperparah kebiasaan berhutang dari para pengusaha negeri Cina kepada pemerintah dengan modal mengagunkan papers atau surat utang.
Jadi, benar sekali, bahwa Cina sedang mengalami pertumbuhan jumlah uang beredar yang menurun. Itu sebabnya, mengapa salah satu proyek CDB di Indonesia yakni kereta cepat dipaksakan untuk groundbreaking.
Makna groundbreaking adalah sinyal bahwa proyek kereta cepat ini aman (secured) sehingga menaikkan kepercayaan investor di Cina. Apalagi salah satu BUMN property Cina membeli Chichago Stock Exchange. Ini semua langkah untuk meraih kepercayaan investor dari Eropa bahwa ekonomi Cina baik-baik saja.
Tak hanya itu. Cina juga banyak memulai proyek kelistrikan di Indonesia. Makna proyek kereta cepat dan kelistrikan yan telah groundbreaking adalah semua perizinan clear dan pemerintah telah memberi restu dengan-meski terjadi pergantian pemerintah-tetap berjalan proyek-proyek tersebut.
Kedua hal itu penting bagi Cina untuk memperoleh dana segar dari Eropa, Iran dll. Adapun harapan Presiden Jokowi pasca groundbreaking proyek-proyek tersebut adalah segera cairnya utang untuk pembiayaan APBN 2016. Jadi kepentingan pemerintahan Presiden Jokowi bagaimana pemasukan APBN diperoleh paling tidak untuk biayai impor tiga tahun kedepan.
Sebaliknya, Cina berkepentingan agar proyek Infrastrukur Indonesia harus berjalan. Tujuannya agar industri baja di negara itu beroperasi dengan baik.
Namun harus juga dipahami bahwa hasil manufaktur Cina juga mengalami oversupply. Oleh sebab itu Cina juga sangat berkepentingan dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Karena MEA ini sangat menguntungkan bagi Cina sebagai tujuan produk manufaktur. Cina ingin membanjiri pasar ASEAN.
Utang dalam negeri Cina memang mengerikan porsinya. Namun Cina “cerdik”, dengan keanggotaannya dalam AIIB. Melalui bank pembangunan infrastrukur ini Cina punya safeguard bagi ekonominya termasuk kepada Indonesia sangat menguntungkan Cina.
Jika Cina yang sebesar itu size ekonominya butuh buffer zone kepada Indonesia, lalu Indonesia kepada siapa mengandalkan buffer zone/pelampung ekonomi?(ts/trsnyn)