Inspektur Jendral Ito Sumardi Junisanyoto, menjadi Kabareskrim yang baru, menggantikan Susno Duadji, yang selanjutnya menduduki sebagai Staf Ahli Kapolri. Perubahan di tubuah Polri, yang melibatkan 25 orang perwira yang dimutasi itu, termasuk Ka Densus 88, yang dijabat oleh Brigjen Saut Usman Nasution, digantikan oleh Kombes Tito Karnavian. Rotasi di jajaran perwira Polri itu berdasarkan telgram rahasia bernopol 618/XI/2009, 24 Nopember 2009.
Menanggapi perubahan yang terjadi di tubuh Polri itu, Ketua Umum Muhammadiyah, Prof. Dr. Din Syamsuddin, menegaskan, bahwa citra Polri tidak serta merta menjadi baik. Itu sangat tergantung Polri dalam pelaksanaan tugas dilapangan. “Sangat tergantung pada Polri. Sebab citra yang sudah rusak itu tidak mudah untuk dibersihkan. Saya kira harus ada pembuktian dilapangan”, ucap Din.
Memang, citra Polri menjadi sangat buruk di mata masyarakat, dan hilangnya kepercayaan masyarakat luas, akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Apalagi, sesudah diputarnya rekaman percakapan antara Anggodo Widjojo dengan sejumlah pejabat publik, khususnya dibidang penegak hukum, di Gedung Mahkamah Konstitusi, saat mengadili permohohan kasus dari Bibit dan Chandra M Hamzah. Peristiwa yang terjadi di MK itu, menghabiskan seluruh kepercayaan masyarakat luas terhadap penegak hukum, dan bagaimana mafia peradilan itu, secara sistemik sudah menguasai lembaga-lembaga penegak hukum.
Sementara itu, pengamat kepolisian IPW (Indonesian Police Watch), Neta S. Pane mengatakan, naiknya Koordinator Staf Ahli Kapolri, Inspektur Jendral Ito Sumardi itu, menjadi Kabareskrim, yang menggantikan Susno Duadji, tak lain sebagai keputusan kompromi Kapolri dengan Susno. “Susno mau lengser dari Kabareskrim, jika yang menggantikan adalah sahabatnya yang tak lain adalah Ito, dan Kapolri menyetujui itu”, ucap Neta S.Pane, Selasa malam (23/11).
“Susno dan Ito adalah teman akrab. Sama-sama lulus Akademi Kepolisian pada tahun 1977, dan pergi ke Bosnia pada tahun 1980, saat Pak Harto menjadi presiden”, tambah Pane. IPW juga menyoroti masalah yang pernah membelit saat Ito menjadi Kapolda Riau dan Sumsel. Ito ;pernah diperiksa Inspektorat Pengawasan Umum serta Divisi Profesi dan Pengawasan Polri tahun 2008, karena di duga membiarkan judi saat menjadi Kapolda Riau. “Akkibatnya, Ito dicopotdari Kapolda Sumsel saat jadi Kapolda Riau. Ini yang aneh. Orang baru dicopot jadi Kapolda kok dinaikkan jadi Kabareskrim”, ujar Neta S.Pane.
Tentu, perubahan yang terjadi di tubuh Polri ini, perlu adanya ‘approval’ dari pejabat baru di Kabareskrim yang baru ini, khususnya dalam menangani kasus-kasus yang sekarang menjadi perhatian masyarakat luas, termasuk kasus Anggodo dan Bank Century. (m/dtk/inlh).
Foto : detik.com