IPW: Polisi Perlu Mawas Diri, Mengapa Banyak Anggotanya Tewas di Bulan Januari

kaum-buruh-ditangkap-polisiEramuslim.com – Polri perlu mencermati banyaknya polisi yang tewas dan luka di bulan Januari 2016. Apakah mereka menjadi korban akibat tidak patuh pada SOP atau para pelaku kejahatan semakin nekat
menghabisi polisi.

“Atau ada hal lain, seperti kurang terlatihnya para polisi dalam menghadapi situasi darurat,” kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, dalam keterangan beberapa saat lalu (Senin, 25/1).

Kajian ini, ungkap Neta perlu dilakukan agar Polri bisa melakukan antisipasi. Sehingga polisi di lapangan lebih siap menghadapi situasi darurat dan tidak gampang menjadi korban tewas maupun luka oleh pelaku kriminal.

“Jika ada polisi yang tewas atau luka di tangan pelaku kejahatan, masyarakatlah yang paling khawatir dan resah. Bagaimana masyarakat yakin bahwa mereka bisa dilindungi polisi, jika polisi sendiri tidak mampu melindungi dirinya dari kebringasan pelaku kejahatan,” tegas Neta.

Tahun 2016 ini baru berjalan 25 hari saja sudah ada lima anggota korps baju coklat itu yang tewas. Ironisnya, mereka tewas secara menggenaskan yakni kepala ditebas dengan parang, tertembak, dikeroyok,‎ dan dilindas mobil pelaku kriminal. Neta pun mencatat, di bulan Januari 2016 ini juga ada 13 polisi yang luka-luka. Jumlah ini meningkat tajam jika dibanding Januari 2015. Saat itu hanya ada satu polisi tewas dan satu polisi luka.

Di sisi lain polisi memang harus membenahi mental anggotanya karena di banyak kejadian, sudah bukan rahasia umum lagi jika banyak anggota polisi yang sok jago, tidak tahu sopan santun dan etika di jalan, dan sebagainya.

Penulis sendiri pernah mengalami kejadian yang tidak mengenakkan dengan salah seorang anggota polisi bermobil (oknum Brimob) di satu daerah pertokoan di Cibubur. Saat itu penulis hendak memarkir mobil di tempat parkiran yang memang penuh, saat melihat ada satu mobil yang hendak keluar, dengan sabar penulis menunggu. Tanpa ada sopan santun dan etika sedikit pun, sebuah mobil langsung menyalip dengan kasar, hampir menyerempet kendaraan penulis, dan langsung masuk ebgitu saja saat mobil itu keluar. Penulis protes kepada pengemudi mobil yang tidak sopan dan tidak tahu aturan tersebut. Dengan jumawa, si pengemudi mengaku anggota Brimob dan mengancam penulis akan memangil kawan-kawannya sesama Brimob jika penulis tidak terima. Dengan baik-baik penulis mengatakan kesalahan di oknum tersebut yang tidak tahu sopan santun. Si oknum makin marah dan hendak menelepon teman-temannya. Akhirnya penulis mengatakan jika kakak kandung penulis adalah pelatih Densus 88 di Pusdikreskrim Mega Mendung dengan pangkat perwira tinggi. Seketika itu juga si oknum meleleh dan minta maaf. Penulis sempat memotret plat mobilnya dan memberikan foto itu ke markas. Bisa dibayangkan bagaimana jika oknum sok jago itu jika berhadapan dengan anggota masyarakat yang biasa saja? Mungkin ini salah satu sebab banyaknya anggota polisi menemui ajal dengan cara yang tidak wajar.(ts)