Jumlah kaum Muslim yang sadar akan buruknya sistem demokrasi terus bertambah. Mantan dosen Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN, sekarang IPDN) Inu Kencana Syafi’i, salah satunya.
Dua puluh empat tahun ia menyokong sistem ini sejak menjadi camat pada 1984 hingga berakhir menjadi dosen STPDN pada 2008.
Dari pengabdiannya selama itu ia pun berkesimpulan: ”Demokrasi adalah sistem yang berbahaya, bahkan seorang germo pun bisa jadi penguasa jika mayoritas pemilihnya para pelacur, naudzubillah,” pekiknya di hadapan sekitar 2000 peserta Konferensi Rajab 1432 H, Ahad (19/6) di Pekanbaru, Riau.
Dalam acara yang digelar Hizbut Tahrir Indonesia ini, ia pun menyatakan liberalisme yang semakin mencengkeram membuat umat manusia terperosok sedalam-dalamnya dalam keterbelakangan.
Ia pun dengan tegas mendukung perjuangan Hizbut Tahrir untuk mengganti sistem kufur tersebut dengan syariah dan khilafah. “Saya bukan anggota Hizbut Tahrir. Tapi demi Allah saya sangat mencintai Hizbut Tahrir!” akunya.
Selain di Pekanbaru, di hari yang sama HTI pun menggelar acara serentak di delapan kota besar lainnya yakni Banda Aceh, Lubuk Linggau, Bengkulu, Pangkal Pinang, Padang, Jambi, Yogyakarta dan Mataram.
Konferensi ini merupakan rangkaian dari perheletan kolosal yang digelar di 29 kota besar di Indonesia sejak 2 Juni lalu di Banjarmasin. Sedangkan puncaknya diagendakan berlangsung pada 29 Juni di Stadion Lebak Bulus, Jakarta.
“Tujuannya, mengokohkan perjuangan umat Islam untuk menegakkan syariah dan khilafah,” ujar Sektetaris Jubir HTI Roni Ruslan di sela-sela siaran live streaming Konferensi Rajab, Ahad (19/6) di Kantor Pusat DPP HTI, Jakarta.(joy)