Untuk mengawasi orang-orang yang kemungkinan punya hubungan dengan Al-Qaidah, intelejen negara Inggris membuat daftar nama semua warga Muslim Inggris yang pergi ke tanah suci untuk menjalankan ibadah haji atau umrah.
Surat kabar Inggris The Times edisi Minggu (21/1), memuat laporan tersebut berdasarkan informasi dari seorang sumber yang bisa dipercaya di jajaran keamanan Inggris.
Menurut sumber itu, para petinggi intelejen Inggris mengatakan bahwa setiap warga Muslim yang pernah melakukan ibadah haji ke Makkah harus dimonitor.
"Intelejen Inggris baik M15 dan M16 akan menelusuri data sekitar 100.000 perjalanan yang dilakukan ke tanah suci, " ujar sumber tadi.
Ia menambahkan bahwa Direktur M15 Jenderal Dame Eliza Manningham-Buller sudah membicarakan "Operasi Makkah" itu dengan kejaksaan agung Inggris, bagi perlunya meningkatkan kembali kerjasama dengan pemerintah Arab Saudi.
Belakangan, hubungan bilateral Inggris-Arab Saudi agak terganggu setelah kantor British Serious Fraud mengungkap dugaan kasus suap yang melibatkan anggota kerajaan Arab Saudi.
Kepala Intelejen M16 Sir John Scarlett menyatakan, Inggris perlu memperbaiki hubungan dengan Arab Saudi di bidang kemanan dan intelejen, karena kalau tidak, akan berdampak bagi kemanan nasional Inggris.
Sumber di keamanan Inggris tadi mengatakan, "Mereka (para pemimpin badan intelejen) menjelaskan pada Jaksa Agung Lord Goldsmith bahwa mereka khawatir atas implikasi bagi keamanan dalam negeri jika kerjasama dengan Saudi terputus."
Dugaan adanya skandal suap itu diungkap ke publik oleh kantor British Serious Fraud bulan Desember kemarin. Skandal tersebut melibatkan kontraktor utama pertahanan Inggris, BAE System yang diduga membagikan sejumlah uang pada beberapa anggota kerajaan Inggris untuk menggolkan kontrak keamanan dengan negeri kaya minyak itu di era 1980-an.
Atas pengungkapan dugaan suap tersebut, Saudi mengancam akan memutus kerjasama keamanan dan intelejen dengan Inggris dan Inggris nampaknya takut dengan ancaman ini.
PM Inggris Tony Blair bahkan mengakui bahwa penyelidikan atas kasus tersebut akan menimbulkan konsekuensi yang bisa "merusak" hubungan antara Inggris dan Arab Saudi.
Kebijakan badan intelejen Inggris untuk memantau dan mendata nama-nama warga Muslim yang pernah berhaji atau umrah dikecam oleh Ketua organisasi non pemerintah Muslim Parliement, Ghayasuddin Siddiqui.
Ia menyatakan, operasi intelejen yang disebut "Operasi Makkah" itu merupakan tindakan yang tidak benar, karena warga Muslim yang pergi ke Makkah tujuannya hanya untuk keperluan ibadah.
Sejak peristiwa serangan bom bunuh diri di kota London pada Juli 2005 lalu, pemerintah Inggris memperketat pengawasan terhadap warga Muslim.
Surat kabar The Independent menyebutkan, pada bulan Juli, badan intelejen dalam negeri Inggris M15 dan kepolisian Inggris telah memata-matai sekitar 8.000 warga Muslim lewat informasi yang mereka dapatkan dari masjid-masjid, situs internet dan para agen intelejen. Ribuan warga Muslim itu dicurigai sebagai simpatisan al-Qaidah dan akan melakukan serangan teroris.
Sebuah laporan oleh tim pemantau pemerintahan yang dirilis tahun 2006 lalu, menyebut Inggris sebagai "Bung Besar" yang memonitor dan memata-matai jutaan orang mulai dari buaian sampai kuburan. Pemerintah Inggris terus mengumpulkan data pribadi orang yang disimpan oleh pemerintah dan organisasi komersil lainnya.
Sebuah dokumen kementerian pendidikan Inggris mengharuskan para dosen dan staff universitas untuk mengawasi para mahasiswa Muslim yang dicurigai terlibat dalam aktivitas ektrimis. (ln/iol)