Insiden pembagian zakat yang menyebabkan tewasnya 21 di Pasuruan, pada Senin (15/9) lalu merupakan sebuah potret yang luar biasa dari kapitalisme, di mana ada segelintir orang yang menikmati kekayaan luar biasa sementara dbagian lain masih banyak orang yang berada di bawah garis kemiskinan yang luar biasa.
"Kita lihat, hanya dengan uang 30 ribu rupiah mereka rela bertaruh nyawa dalam berebut dengan yang lain. Sekaligus ini juga wujud dari ketidakpekaan pemerintah termasuk yang membagikan zakat. Karena sebenarnya lolongan minta tolong itu sudah terdengar, tapi mereka terus melanjutkan pembagian zakat. Baru setelah ada yang meninggal baru pembagian itu dihentikan, " kata Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia M. Ismail Yusanto, ketika ditanya tanggapanya tentang insiden pembagian zakat di Pasuruan, Jawa Timur.
Ia mengatakan, kemiskinan itu terjadi sebagai akibat buruknya distribusi kekayaan dari yang mampu kepada yang miskin, hal ini terjadi karena kapitalisme selalu memenangkan pemilik modal atau pemilik kekuasaan untuk memiliki akses secara lebih besar kepada sumber-sumber kekayaan yang ada.
Sementara masyarakat yang jumlahnya mayoritas tidak memiliki akses ke sana. Misalnya, Indonesia saat ini kaya akan sumber kekayaan alam, tetapi kekayaan itu hanya dinikmati oleh perusahaan-perusahaan besar, sementara rakyat tidak mendapatkan apa-apa.
Dari peristiwa ini, menurutnya, dapat terlihat secara jelas kegagalan pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan di Indonesia. Meski pemerintah mengatakan, bahwa angka kemiskinan turun 1-2 persen, akan tetapi jumlah orang miskin secara relative masih sangat besar.
Ismail pun mengkritisi, proses pengelolaan zakat yang belum dilakukan secara tepat, sehingga memunculkan ketidakpercayaan masyarakat kepada lembaga amil zakat yang ada.
"Ini cermin dari bangsa kita bahwa lembaga apapun itu tidak bersih dari penyimpangan, manipulasi. Oleh karena itu zakat harus dikelola oleh negara dengan penuh amanah, dan tidak seperti sekarang ini dikelola oleh berbagai lembaga yang ada, atau dibagikan secara langsung tanpa mengindahkan keselamatan para penerima zakat, " ujarnya.
Untuk mencegah berulangnya tragedi yang memilukan itu, Ismail menambahkan, yang perlu dilakukan memperbaiki distribusi kekayaan yang selama ini masih buruk, cara dengan menerapkan sistem ekonomi Islam, di mana kekayaan alam dikelola oleh negara dan hasilnya dibagikan kepada rakyat.
"Kumpulnya uang dengan uang dalam bursa dan praktek ribawi harus dihentikan. Nanti uang akan bertemu dengan barang dan jasa sehingga ini bisa menggerakkan ekonomi masyarakat. Kemudian, meningkatkan kepedulian kita kepada orang miskin dengan cara yang lebih makruf, yang akan membagi itu mendatangi yang diberi. Selain itu, solidaritas sosial perluditingkatkan untuk mengatasi banyaknya orang miskin. Lebih dari itu, kita harus kembali kepada sistem yang adil yaitu sistem Islam, " paparnya.(novel)